Pedro Castillo, Seorang Anak Petani Terpilih Jadi Presiden Peru

Thephrase.id - Nama lengkapnya adalah Jose Pedro Castillo Terrones, dulunya seorang guru sekolah dasar di sebuah desa terpencil dan berasal dari keluarga petani miskin. Dia menjadi populer sebagai tokoh setelah memimpin pemogokan guru di tahun 2017. Sekarang dia memenangkan pemilihan presiden di Peru, negara yang terletak di Amerika Selatan.

Lahir pada tahun 1969 di Tacabamba yang berjarak hampir 1.000 km dari ibukota Peru, Lima, Pedro Castillo (51) pernah menjadi anggota keamanan desa “Rondas Campesinas”, yang menggalang para petani dan kaum marginal saat terjadinya konflik antara gerilyawan kiri dan pasukan pemerintah Peru tahun 1990-an. Aktifitas inilah yang kemudian membentuk pandangan politik Pedro Castillo muda saat itu.

Pada tahun 2002, dia mencoba untuk ikut mencalonkan diri menjadi walikota di Anguia, salah satu distrik di Provinsi Chota, namun upayanya gagal. Di tahun 2017, dia berdiri di garis paling depan mempelopori aksi nasional pemogokan guru yang bertujuan menuntut pembayaran gaji lebih tinggi dan beberapa jaminan sosial lainnya. Karena aksi tersebut semakin meluas, Presiden Peru saat itu Pedro Pablo Kuczynski akhirnya memenuhi sejumlah tuntutan para guru, termasuk kenaikan gaji. Sejak itulah, Pedro Castillo dianggap sebagai pahlawan dan namanya semakin dikenal di kalangan rakyat miskin.

Dengan berbekal popularitas, utamanya di kalangan para guru, petani dan rakyat miskin, dia kemudian diasosiasikan dengan gerakan kiri sampai akhirnya diusung sebagai kandidat Presiden Peru periode 2021 – 2026 oleh partai sosialis Peru Libre (Peru Merdeka).

Pemilu presiden telah terlaksana pada 11 April 2021 lalu dan diikuti oleh delapan belas kandidat yang berpartisipasi dalam kontestasi tersebut, tercatat sebagai jumlah kandidat terbanyak sejak pemilu 2006. Pedro Castillo ternyata mampu menjadi kandidat kedua terbanyak dalam perolehan suara putaran pertama bersama pesaing utamanya Keiko Fujimori.

Berdasarkan aturan, jika pada putaran pertama salah satu kandidat mendapatkan lebih dari 50% suara populer, maka secara otomatis dianggap memenangkan pemilihan. Namun karena tak satupun dari delapan belas kandidat yang mampu mendapatkan suara di atas 50%, maka pemilu akan berlanjut ke putaran kedua.

Dua calon presiden yang memperoleh suara terbanyak di putaran pertama yakni Pedro Castillo dari partai sayap kiri Free Peru dan Keiko Fujimori dari pasukan populer sayap kanan, harus kembali bertarung di putaran kedua yang dihelat pada 6 Juni 2021.

Penghitungan resmi putaran kedua oleh Kantor Nasional Proses Pemilihan menunjukkan bahwa Castillo memenangi suara mayoritas tipis atas Fujimori. Prosentase selisih suaranya sangatlah tipis yakni 50,13% suara sah untuk Castillo dan 49,87% suara sah untuk Keiko Fujimori.

Kemenangannya cukup mengagetkan banyak kalangan lantaran dia adalah salah satu calon yang paling tidak populer di antara 18 kandidat lain di putaran pertama pilpres. Semakin mengejutkan karena yang dia kalahkan adalah Keiko Sofia Fujimori Higuchi atau Keiko Fujimori (46), putri tertua dari mantan presiden Alberto Fujimori yang pernah berkuasa selama satu dasawarsa (Juli 1990-November 2000) yang dipenjara atas tuduhan korupsi dan kejahatan kemanusiaan. Selain karena dia adalah anak mantan presiden yang sudah pasti populer, tentu juga Fujimori mempunyai pengalaman politik praktis di Parlemen dan sebagai pimpinan partai sayap kanan Fuerza Popular.

Keiko Fujimori, yang sudah tiga kali ikut dalam pemilu presiden dan belum pernah menang, mengatakan akan menentang hasil penghitungan suara itu dan menuduh ada manipulasi. (Z Ibrahim)