e-biz

Pembayaran Rubel Rusia Resmi Berlaku, Eropa Terancam Alami Krisis Energi Hebat

Penulis Haifa C
Apr 01, 2022
Pembayaran Rubel Rusia Resmi Berlaku, Eropa Terancam Alami Krisis Energi Hebat
ThePhrase.id – Mulai Jumat 1 April 2022, pembayaran gas dengan mata uang Rusia, rubel, mulai berlaku bagi negara-negara di Eropa yang dianggap tidak bersahabat dengan Rusia.

Peraturan ini resmi diberlakukan setelah dekrit pernyataan mengenai pembayaran gas dengan rubel ditanda-tangani langsung oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Jika peraturan tersebut tidak diberlakukan, maka semua kontrak pengiriman gas dari Rusia ke negara-negara tersebut akan ditangguhkan.

“Untuk membeli gas alam Rusia, mereka harus membuka rekening rubel di bank Rusia. Dari rekening inilah pembayaran untuk gas dilakukan. Jika tidak diberlakukan, maka kontrak yang ada akan dibatalkan. Tidak ada yang menjual apapun kepada kami dengan gratis, dan kami juga tidak berniat untuk melakukan amal,” kata Putin, seperti yang dikutip dari Reuters (31/3/2022).

Presiden Rusia, Vladimir Putin menandatangani pipa gas di Vladivostok (Foto: AFP/Dmitry Astakhov)


Rusia merupakan salah satu pemasok energi terbesar di Eropa, yakni sekitar sepertiga dari kebutuhan gas di Benua Biru tersebut. Oleh sebab itu, kebijakan baru dalam bidang energi ini merupakan balasan terkuat Rusia atas sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara yang diklaim Rusia tidak bersahabat tersebut.

Kebijakan pemberlakuan pembayaran rubel ini telah menguatkan kembali nilai tukar rubel, setelah sempat anjlok sejak Rusia mulai berperang dengan Ukraina pada bulan Februari 2022 lalu.

Tanggapan sejumlah negara di Eropa

Sejumlah negara di Eropa seperti Perancis dan Jerman menolak kebijakan Putin tersebut dan tetap akan membayar gas dari Rusia dalam mata uang euro dan dolar. Kedua negara tersebut bahkan telah mempersiapkan rencana untuk menghentikan aliran gas dari Rusia ke negaranya, meskipun hal tersebut dapat membuat Eropa mengalami krisis energi yang luar biasa.

“Jerman berharap untuk independen dari impor minyak dan batu bara rusia tahun ini. Tapi butuh waktu lebih lama untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas Rusia,” ujar Kanselir Jerman, Olaf Scholz.

Kanselir Jerman, Olaf Scholz (Foto: AFP/Getty Images/Markus Schreiber)


“Sangat penting bagi kami (Jerman) untuk tidak memberikan sinyal bahwa kami dapat diperas oleh Putin,” tambah Jerman Robert Habeck, selaku Menteri Ekonomi Jerman.

Tak hanya Perancis dan Jerman, sejumlah negara di Eropa seperti Inggris dan Belanda juga menolak kebijakan tersebut atas dasar menghormati kontrak yang telah ada sebelumnya.

“Kami tidak akan melakukannya (membayar dengan rubel),” ujar Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, melalui juru bicaranya.

“Kesepakatan internasional mencakup klausul pembayaran dan mata uangnya. Posisi kami tetap mengacu pada kontrak tersebut. Eneco memiliki kontrak jangka panjang dengan Wingas, anak usaha Gazprom di Jerman, untuk pengiriman hingga 2030. Eneco berharap kontrak tersebut dengan Wingas yang dalam euro dihormati,” kata perusahaan energi asal Belanda dan Jerman, yakni Gasterra dan Eneco. [hc]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic