ThePhrase.id – Takut akan jarum suntik merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan banyak orang menolak untuk divaksinasi.
Menurut Henk Schenk, psikolog yang menawarkan terapi untuk membantu orang-orang yang takut jarum suntik di Belanda mengatakan bahwa fobia jarum suntik merupakan sesuatu yang umum di masyarakat, namun banyak orang yang malu mengakuinya.
“Selama pandemi (coronavirus), Anda melihat banyak orang yang tadinya bisa menghindarinya sekarang harus berjuang keras. Orang-orang yang perlu mendapatkan vaksin Covid-19 adalah kelompok penting bagi saya tahun ini.” Kata Henk.
Ilustrasi takut jarum suntik (Foto: Forbes)
Salah satu pasien Henk bernama Astrid Nijsen, yang merupakan seorang aktris musikal berusia 31 tahun bahkan mengungkapkan bahwa meskipun telah menjalani 10 sesi terapi dengan Henk, dirinya masih merasa takut untuk divaksinasi.
“Itu dimulai saat pubertas. Ketika saya melihat jarum, atau harus mendapatkan suntikan, saya hanya ingin pergi. Saya akan merobohkan tempat itu hanya untuk menghindari suntikan,” katanya.
Namun kali ini, ada kabar gembira dari Belanda. Peneliti dari negeri “Kincir Angin” tersebut kini sedang mengembangkan teknologi alat suntik tanpa jarum.
David Fernandez Rifas sedang memegang Bubble Gun (Foto: Kampartrapost)
David Fernandez Rifas selaku profesor di Twente University dan afiliasi penelitian di Massachusetts Institute of Technology, yang merupakan penemu ide teknologi ini menjelaskan bahwa alat suntik yang diberi nama “Bubble Gun” tersebut bekerja dengan cara mendorong tetesan kecil melalui lapisan luar kulit.
Ia menambahkan bahwa alat tersebut tidak boleh menimbulkan rasa sakit, sehingga ia akan membuat alat ciptaannya itu mampu menyuntikkan dengan waktu yang lebih cepat daripada gigitan nyamuk. Suntikan juga tidak menyentuh ujung syaraf di kulit, sebab syaraf merupakan organ tubuh yang dapat membuat manusia merasakan sakit.
Bubble Gun sedang disuntikkan ke manusia (Foto: R6Nationals)
"Dalam satu milidetik, kaca yang berisi cairan dipanaskan oleh laser, gelembung dibuat di dalam cairan, mendorong cairan keluar dengan kecepatan minimal 100 kilometer per jam (60 mph). Itu memungkinkan kita untuk menembus kulit tanpa kerusakan. Kami tidak melihat luka atau titik masuk," ujar David.
Selain dapat membantu banyak orang untuk divaksinasi, David juga berharap bahwa alat suntik temuannya itu bisa mengurangi limbah medis serta resiko kontaminasi dari jarum kotor.
Terhitung hingga saat ini, David telah berhasil melakukan pengujian sampel jaringan dengan biaya hibah dari Uni Eropa sebesar 1,5 juta euro. Dengan dana tersebut, ia akan mulai mengajukan pengujian Bubble Gun kepada orang-orang yang bersedia menjadi sukarelawan.
Bubble Gun sedang disuntikkan ke manusia (Foto: News.com.au)
Rencananya, pengujian tersebut akan dilakukan oleh sebuah perusahaan start-up baru yang bekerja sama dengan industri farmasi. Perusahaan tersebut juga nantinya akan menjadi salah satu pihak yang memasarkan Bubble Gun.
Perlu diketahui, teknologi alat suntik ini diperkirakan membutuhkan waktu selama 1-3 tahun pengembangan untuk dapat digunakan oleh masyarakat umum. Waktu tersebut tergantung dari kemajuan penelitian dan peraturan yang berlaku. [hc]