ThePhrase.id – Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir dua tahun ini mulai membuat banyak orang melakukan vaksinasi sebagai upaya perlindungan diri. Namun sayangnya, ada beberapa kelompok yang masih sangat rentan untuk tertular virus Covid-19 meskipun telah melakukan vaksinasi seperti kelompok lanjut usia (lansia).
Untuk menjaga daya tahan tubuh, umumnya para lansia mengonsumsi suplemen herbal atau jamu tradisional. Hal tersebutlah yang membuat tim peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universiitas Airlangga (FKM UNAIR) berhasil mengembangkan formula fermented garlic bersama dengan Rumah Inovasi Natura.
“Berbeda dengan lainnya, fermented garlic ini dengan karakteristik khas dan berbeda dengan fermented garlic di pasaran. Setelah melalui proses panjang dan terukur dengan menerapkan cara produksi makanan yang baik,” terang Wizara Salisa salah satu anggota peneliti, pada Kamis (31/12/21).
Wizara mengatakan bahwa bawang putih (Allium sativum L.) telah digunakan di seluruh dunia sebagai obat tradisional selama lebih dari 4000 tahun untuk mengobati berbagai penyakit.
Fermented garlic (Foto: UNAIR)
Dirinya juga menjelaskan bahwa fermented garlic merupakan hasil olahan dari bawang putih tunggal yang dikenal oleh masyarakat sebagai ‘jamu’ ini memiliki antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bawang putih biasa. Teksturnya yang kenyal dengan rasa campuran antara manis, asam, dan sedikit pahit membuat fermented garlic sangat cocok dikonsumsi untuk lansia yang fungsi penelanannya mulai berkurang (dispepsia) sehingga memberikan jaminan keamanan saat mengonsumsinya.
“Fermented garlic telah dibuktikan memiliki potensial aktivitas biologis empat hingga delapan kali lipat dibandingkan bawang putih tunggal. Fermented garlic juga dilaporkan lebih kaya akan antioksidan,” jelasnya.
Selain itu, Fermented garlic juga memiliki berbagai manfaat terutama bagi kesehatan, di antaranya mengurangi gula darah, menurunkan kolesterol, menstabilkan tekanan darah, serta mencegah kanker.
Proses Pembuatan
Wizara menuturkan bahwa pembuatan fermented garlic sangat mudah, yakni diawali dengan menyortir bawang putih tunggal yang berkualitas, kemudian menyusunan alat-alat yang digunakan dalam magic com yang telah disediakan, yang terdiri dari tisu kertas dan alas bambu, dan selanjutnya dilakukan proses fermentasi.
“Bawang putih tunggal yang telah disusun dalam magic com difermentasi dengan menyalakan magic com dalam kondisi warm. Fermentasi dilakukan selama beberapa hari, setiap harinya harus dilakukan pemantauan bawang terkait suhunya yaitu suhu hangat yang merupakan suhu optimal fermentasi bawang. Proses fermentasi dilakukan hingga bawang putih tunggal berubah warna menjadi hitam dan memiliki tekstur dan rasa yang sesuai,” terang mahasiswa angkatan 2018 tersebut.
Proses Pengujian
Wizara mengatakan bahwa untuk mendapatkan formula terbaik dalam proses pembuatan fermented garlic, tim peneliti telah melakukan berbagai uji coba pengembangan produk yang meliputi teknik pengolahan, suhu, maupun lama proses fermentasi.
Kegiatan penilaian produk fermented garlic oleh tim peneliti FKM UNAIR dan Rumah Inovasi Natura (Foto: UNAIR)
Selain itu dilakukan pula uji organoleptik untuk menentukan formula terbaik yang disukai oleh masyarakat, khususnya orang dewasa dan lansia. Pada uji organpleptik ini disiapkan beberapa formula fermented garlic dengan perbedaan masa (jumlah hari) fermentasi.
“Hasilnya, formula yang paling disukai oleh lansia adalah formula kedua yaitu bawang putih yang difermentasi selama beberapa hari. Hasil dari penilaian panelis yang terbaik adalah fermented garlic yang memiliki karakteristik di antaranya yaitu rasa enak dengan kombinasi rasa manis dan asam yang pas, serta tekstur yang kenyal,” jelasnya.
Dengan adanya pengembangan fermented garlic tersebut, tim peneliti FKM Unair berharap fermented garlic menjadi berbagai produk yang disukai oleh lansia serta dapat meningkatkan kesehatan dan memenuhi kebutuhan lansia, sesuai dengan kondisi fisiologisnya. [hc]