features

Penunggang Aksi Massa untuk Menekan Prabowo

Penulis Aswandi AS
Sep 03, 2025
Aksi demo mahasiswa di depan Polda Metro Jaya, Jakarta pada Jumat (29/08/25). (Foto: Dok. ThePhrase.id/Rangga Bijak)
Aksi demo mahasiswa di depan Polda Metro Jaya, Jakarta pada Jumat (29/08/25). (Foto: Dok. ThePhrase.id/Rangga Bijak)

ThePhrase.id - Aksi massa yang yang menuntut pembubaran DPR  di akhir Agustus lalu  berlanjut  pada aksi bar-bar  dengan menjarah rumah para politisi.  Massa penjarah tak dikenal  yang didatangkan dari luar ibukota itu berperan sebagai tim pemukul dalam beberapa aksi di ibukota. Massa terorganisir  ini diduga memiliki hubungan dengan kelompok yang  bertujuan menekan pemerintahan Prabowo Subianto.

Massa ini bergerak menyusup ke dalam barisan massa murni yang memperjuangkan aspirasi di depan gedung DPR beberapa hari lalu. Mereka berbagi peran untuk membuat unjuk rasa masyarakat sipil berubah menjadi anarkis dan rusuh.   Massa ini juga menjarah rumah politisi dan pejabat untuk membuat kerusuhan  dan ketakutan sebagai bagian dari tujuan utama aksi mereka.

Keberadaan massa terorganisir yang didatangkan dari luar kota ini, terungkap dari cerita seorang  anggota  massa tersebut yang tertinggal  dari kelompoknya.  Cerita itu disampaikan kepada wartawan Republika.co.id, yang dimuat kisahnya dalam edisi Ahad 31 Agustus 2025.

“Saya terpisah, Bang dari teman-teman. Waktu polisi tembak gas air mata kemarin malam kami kemana-mana,” ujar  pemuda 21 tahun itu.  Tidak tahu situasi Jakarta dan kehabisan uang membuat anak muda asal sebuah desa di Cimahi, Jawa Barat itu  menunggu selama 2 hari di  pinggir jalan Gatot Subroto sekitar gedung DPR/MPR.  Dia tidak bisa menghubungi kawan-kawannya karena telepon genggamnya dipegang oleh korlapnya.  Dia pun kaget ketika ditunjukkan video tentang penjarahan di rumah Ahmad Sahroni.  Dia menunjuk beberapa orang kawannya yang ada dalam video itu.

Dari penuturan pria lulusan SD itu diketahui bahwa dia direkrut bersama 10  pemuda  di kampungnya.  Sehari-hari dia mengaku bekerja membantu orang tuanya menggarap sawah sewaan. Dari kampungnya, mereka dibawa dengan minibus menuju Jakarta pada Jumat malam (27/8).  Mereka  berangkat dengan membawa 160 buah bom molotov yang sudah dipersiapkan. Sepanjang perjalanan dari Bandung Barat, Cianjur dan Sukabumi iring-iringan minibus yang mereka tumpangi menaikkan rombongan  yang sama.

Pemuda berbadan kurus  itu mengaku sebelum  terpisah mereka sudah dijelaskan rencana penjarahan. “Sebelum terpisah kami dikasih tahu nanti ke rumah siapa itu di Jakarta Utara, dekat kota.  Daerah yang banyak mobil besarnya itu, Bang,” katanya.

Pimpinan rombongan memberi tahu ada empat rumah yang bakal dijarah, termasuk kediaman  Presiden Prabowo Subianto sebagai sasaran yang terakhir. Namun ia tak diberitahu rencana penjarahan kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani.  

Pemuda dengan kulit agak gelap itu  mengaku sering  diajak berunjuk rasa ke Bandung dan Jakarta oleh orang R, orang sekampungnya.   Ke DPR sendiri dia sudah pernah ikut aksi sebanyak 3 kali. Dia berperan sebagai  “tim pemukul”  yang berada paling depan.

“Yang dulu Gibran dibilang terlalu muda jadi wapres itu saya ikut. Terus yang Jokowi dibilang campur tangan pemilu juga ikut,” kata dia.  

Dalam aksi kemarin, Rabu (27/8/2025) lalu mereka diberitahu akan beraksi di gedung DPR. Selama aksi ini mereka diberi makan nasi bungkus 3 kali sehari. Tak ada bayaran lain. Imbalannya adalah barang-barang yang akan mereka jarah di rumah sasaran.

“Kami tak dibayar, kata abangnya nanti ada brankas yang bisa diambil di rumah yang dijarah,” kata dia.

Di Kompleks Parlemen, rombongannya bertemu dengan rombongan lain yang direkrut dengan cara yang sama, yang disebutnya dari Bekasi dan kelompok dengan logat bicara seperti orang Medan.

Mereka pun berbagi tugas. Sebagian kelompok beraksi di DPR, rekan-rekannya yang lain membakar halte-halte Transjakarta menggunakan molotov yang sudah dibawa sejak dari kampung. Beberapa orang lainnya ditugaskan mengunggah siaran live di TikTok.

Kisah pemuda asal Cimahi ini, membenarkan kesaksian warga di sekitar rumah Sahroni, tentang massa  yang tidak dikenal  yang menjarah rumah politisi Nasdem itu.  Warga tidak berani menghalau karena jumlah massa sangat banyak dan datang secara bergelombang.

Pertanyaannya, siapa yang mengendalikan massa itu dengan menggerakkan mereka beraksi dan merusak fasitas umum di Jakarta? Apa tujuan aksi mereka di DPR dan menjarah rumah aggota DPR?

Menekan Prabowo 

Penunggang Aksi Massa untuk Menekan Prabowo
Presiden RI, Prabowo Subianto (kiri) ketika menjenguk korban aksi demo di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta pada Senin (01/09/25). (Foto: Instagram/presidenrepublikindonesia)

Presiden Prabowo Subianto dalam responsnya mengatakan, aksi demonstrasi mulai kelihatan gejala adanya tindakan di luar hukum, bahkan melawan hukum. "Bahkan ada yang mengarah kepada makar dan terorisme," ujar Prabowo, Minggu (31/08/2025).

Tentu saja yang dimaksud Prabowo bukan aksi murni yang digelar masyarakat sipil yang  memprotes fasilitas  yang  diberikan kepada anggota DPR di tengah kesulitan hidup yang dihadapi sebagian besar masyarakat.  Kata makar dan teroris itu ditujukan pada sekelompok orang yang melakukan aksi  anarkis di luar tuntutan masyarakat dengan membuat kerusuhan dan penjarahan.

"Tujuannya bisa macam-macam. Bisa untuk menciptakan alasan intervensi, bisa untuk mendiskreditkan gerakan sipil, bisa juga untuk membuka ruang bagi aktor-aktor yang selama ini berada di pinggir kekuasaan," kata Peneliti politik dari PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama.

Pengamat politik dan kebijakan publik Adib Miftahul  menilai ada permainan dari shadow connection yang bikin rusuh dalam aksi unjuk rasa  beberapa hari kemarin.  Ia  menyebut shadow connection ini bertujuan untuk melemahkan pemerintahan Prabowo Subianto.

“Shadow connection ini penunggang-penunggang gelap yang terkoneksi secara tidak formal, nonstruktural.  Karena memang tujuannya punya terkoneksi satu tujuan untuk menekan kepada pemerintahan Prabowo,” kata Adib dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu, 31 Agustus 2025.

Adib menduga shadow connection ini lebih condong kepada para loyalis Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau lebih dikenal dengan Geng Solo.

“Kalau pemerintahan Prabowo misalnya nanti tertekan sampai delegitimasi, yang diuntungkan siapa? Tentunya kekuasaan-kekuasaan lama,” ungkap Adib.

Dalam aksi anarkis yang terjadi di Jakarta dan beberapa daerah, Adib mengendus ada pola yang sangat terorganisir memanfaatkan situasi politik dan ekonomi saat ini.  

“Shadow connection ini salah satunya juga melakukan polo-pola era disruption informasi di mana publik itu gampang dikerahkan dengan viralnya informasi media sosial. Bagaimana propaganda dan lain sebagainya, karena publik tidak melihat itu benar dan salah tetapi kebanyakan mereka mendapatkan berita yang tidak tepat begitu,” jelas dia.

Menurut Adib, fenomena-fenomena seperti arogansi Anggota DPR, isu PHK, anjloknya ekonomi dan sebagainya merupakan bridging yang menjadi pijakan bagi shadow connection menjalankan operasinya.

“Jadi soal DPR tidak peka, tidak ada sense of crisis, tujuannya menurut saya tidak ke sana, ini hanya pijakan-pijakan sebagai bridging saja untuk mereka melakukan penekanan-penekanan kepada Presiden Prabowo,” ungkapnya.

Aksi di DPR beberapa hari lalu dijadikan penekan pemerintahan Prabowo itu  tergambar dari pernyataan Koordinator Laskar Cinta Jokowi, Suhandono Baskoro.  Suhandono terang-terangan menyerang kewibawaan Prabowo atas kondisi keamanan yang terjadi imbas demonstrasi besar.

“Kerusuhan di depan DPR adalah bukti nyata bahwa negara gagal menjamin rasa aman rakyatnya. Presiden sebagai kepala negara bertanggung jawab penuh. Jika tak mampu lebih baik mundur demi kebaikan bangsa,” kata Suhandono  seperti dikutip dari RMOL.id, pada Kamis malam, 28 Agustus 2025.

Lantas, kalau Presiden Prabowo mundur, semua orang juga tahu siapa yang akan menduduki kursinya. Namun, terlepas dari itu semua, harus kita garis bawahi bahwa provokator atau massa bayaran dan lain-lain hanyalah  menyemai benih perpecahan dan permusuhan. Benih itu tidak akan tumbuh jika lahannya tidak kita siapkan. Lahan itu adalah kemiskinan, ketidakadilan, arogansi pejabat dan lain-lain. Wallahu’alm. (Aswan AS)

Artikel Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic