trending

Penyebab dan Sejarah Konflik Rusia dan Ukraina

Penulis Haifa C
Mar 07, 2022
Penyebab dan Sejarah Konflik Rusia dan Ukraina
ThePhrase.id – Konflik Rusia dan Ukraina kian memanas. Tak hanya bagi kedua negara tersebut, invasi negara pimpinan Vladimir Putin yang dimulai pada tanggal 24 Februari 2022 ini juga bahkan mampu mempengaruhi banyak sektor di berbagai negara di dunia.

Lantas, apa yang menyebabkan terjadinya konflik antara Rusia dan Ukraina?

Menurut para ahli politik, pengamat militer, serta sejumlah pejabat dari Rusia, keinginan Ukraina untuk bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO) merupakan salah satu pemicu utama dari invasi Rusia terhadap negara tersebut.

Dilansir dari BBC, dahulu ketika Rusia dan NATO tengah memperbaiki hubungannya, Rusia memberikan 3 tuntutan terhadap NATO, dan salah satu di antaranya yaitu dengan membatasi wilayah perkembangannya.

Ilustrasi hubungan antara Ukraina dan NATO


Saat ini beberapa negara yang dahulu termasuk Uni Soviet seperti Lituania, Estonia, dan Latvia telah bergabung dengan NATO. Oleh sebab itu, Putin menganggap jika Ukraina yang dianggap Rusia sebagai saudara terdekatnya yang bahkan diklaim olehnya sebagai bagian dari negaranya bergabung dengan NATO bisa menjadi sebuah ancaman yang dapat benar-benar meruntuhkan sejarah Uni Soviet dan Rusia yang juga bisa merebut kembali Krimea dari Federasi Rusia.

Riwayat konflik Rusia dan Ukraina

Tak hanya di tahun 2022, rupanya Rusia dan Ukraina juga sudah kerap kali mengalami konflik yang cukup panjang sejak dahulu.

Pada tahun 1917, Rusia dan Ukraina bahkan telah berkonflik pada saat terjadinya Revolusi Bolshevik. Dilansir dari National Geographic, dahulu Ukraina termasuk salah satu negara yang ikut berjuang dalam perang saudara sebelum wilayahnya diambil sepenuhnya oleh Uni Soviet 5 tahun kemudian.

Kemudian pada sekitar tahun 1930, pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin membuat sebuah strategi yang membuat jutaan orang Ukraina mengalami kelaparan hingga kematian. Dan untuk mengisi kekosongan wilayah di Ukraina karena strateginya tersebut, Stalin mengirim orang-orang Rusia serta warga negara Uni Soviet lainnya untuk tinggal di Ukraina.

Joseph Stalin (Foto: Wikimedia Commons)


Hal inilah yang menyebabkan wilayah Ukraina timur, yang banyak diisi oleh orang-orang dari Rusia dan Uni Soviet tersebut mendukung Rusia, sementara Ukraina barat yang warganya lebih terbiasa hidup berabad-abad di bawah kekuasaan Eropa seperti Polandia dan kekaisaran Austro-Hungaria cenderung lebih condong mengikuti negara-negara Barat.

Perbedaan dari penduduk Ukraina timur dan barat pun terlihat dari bahasa dan agamanya. Penduduk Ukraina bagian timur menganut kepercayaan Ortodoks dan berbahasa Rusia, sementara penduduk Ukraina bagian barat berkeyakinan Katolik dan menggunakan bahasa Ukraina.

Konflik perebutan wilayah Krimea

Perebutan wilayah Krimea kerap disebut sebagai konflik yang memicu panasnya hubungan antara Rusia dan Ukraina.
Meskipun Ukraina telah resmi merdeka dari Uni Soviet pada tahun 1991, namun pada tahun 2013, Presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang pro-Rusia menolak perjanjian perdagangan penting dengan Uni Eropa. Hal ini membuat warga Ukraina melakukan protes besar-besaran dan menggulingkan Yanukovych dari jabatannya.

Penggulingan Yanukovych tersebutlah yang membuat Rusia berupaya untuk mengambil paksa wilayah Semenanjung Krimea yang sebagian besar penduduknya berbahasa Rusia.

Peta lokasi letak wilayah Crimea/Krimea dan wilayah-wlayah separatis lainnya yang ditandai dengan area berwarna merah (Foto: Quora)


Pada tahun 2014, Rusia berhasil mengambil wilayah Krimea. Pengambilan wilayah ini kemudian memicu pemberontakan dari penduduk di wilayah Donetsk dan Luhansk yang cenderung pro terhadap Rusia. Pemberontakan yang berujung pada upaya pendeklarasian kedua wilayah tersebut untuk merdeka dan lepas dari Ukraina ini telah memakan korban hingga lebih dari 14.000 orang.

Meskipun Rusia dan Ukraina pada akhirnya melakukan perjanjian damai pada tahun 2015, namun perjanjian yang dimediasi oleh Perancis dan Jerman tersebut rupanya gagal. Hal ini ditandai oleh adanya pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang terjadi berulang kali. [hc]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic