ThePhrase.id – DPerang antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut hingga di sosial media. Platform media sosial besar seperti Facebook, Instagram serta Twitter yang telah membatasi penggunaan media Rusia pada platfomrnya. Di sisi lain, Ukraina menggunakan sosial media untuk berkomunikasi dan bersuara mengenai situasinya.
Sebelum pembatasan oleh platform media sosial pada media Rusia, informasi dan narasi mengenai perang tersebut dikontrol oleh media Rusia.
Menghadapi kontrol Rusia, Pemerintah Ukraina sudah meminta memiliki Google dan YouTube untuk memblokir akses masyarakat Ukraina untuk mengunduh aplikasi RT yang dimilliki oleh Rusia dan semua media yang dimiliki Rusia.
Ilustrasi aplikasi RT. (Foto: Reuters)
Dengan adanya sosial media, Ukraina semakin rentan dengan serangan atau ancaman cyber dari Rusia. Salah satu aplikasi yang dinilai kurang aman untuk digunakan adalah Telegram di mana sebagian besar masyarakat Ukraina menggunakan aplikasi tersebut untuk berkomunikasi.
Masyarakat Ukraina masih percaya bahwa aplikasi tersebut private dan tidak berbahaya. Namun melaui laman Twitter, pendiri Signal yang merupakan aplikasi saingan Telegram, Moxie Marlinspike menjelaskan bagaimana Telegram itu berbahaya.
“Telegram merupakan aplikasi messanger popular di Ukraina dan banyak orang yang masih percaya bahwa aplikai tersebut merupakan “encrypted app”. Tapi nyatanya Telegram menggunakan database cloud yang menyalin seluruh pesan yang pernah dikirim dan diterima,” ujar Moxie Marlinspike.
Meskipun Telegram memiliki fitur secret chat, ancaman dari Rusia masih dapat mengancam warga Ukraina. Namun, perusahaan Cloudfare menemukan ada peningkatan dalam pengunduhan dan penggunaan aplikasi Signal pada tanggal 24 Februari lalu saat Rusia mulai menginvasi Ukraina. Signal menjadi alternatif aplikasi yang lebih aman dari ancaman cyber.
Selain perang di media sosial, banyak juga yang membuka donasi online bentuk crypto untuk membantu korban di Ukraina. Akun Twitter Ukraina membuka donasi menggunakan cryptocurrency sampai hari ini sudah berhasil mengumpulkan USD 9,9 milliar.
Pada laman Twitter Ukraina, telah dijelaskan bahwa donasi dapat melalui Bitcoin, Ethereum dan Tether. Hal ini juga bersamaan dengan kartu debit dan kredit masyarakat Ukraina yang tidak bisa digunakan dan menjadikan crypto sebagai alternatif. [Syifaa]