
ThePhrase.id - Real Madrid bersiap mengambil langkah hukum besar terhadap UEFA dengan nilai gugatan mencapai €4,5 miliar atau sekitar Rp78,3 triliun.
Gugatan itu diajukan karena mereka menilai keruntuhan proyek European Super League telah menyebabkan kerugian finansial besar.
Laporan AS dan Financial Times menyebut nilai tersebut setara dengan £3,9 miliar atau sekitar Rp78,8 triliun, serta $5,2 miliar atau sekitar Rp83,2 triliun. Sumber dekat A22 menegaskan hitungan kerugian mencakup tiket, hak siar, dan sponsor yang hilang akibat proyek gagal tersebut.
Gugatan itu menjadi bukti Real Madrid masih berupaya menantang monopoli UEFA dalam kompetisi antarklub Eropa. Langkah hukum tersebut sekaligus membuka kembali babak konflik panjang antara kedua pihak.
Proses hukum dimulai lewat prosedur MASC yang diwajibkan sebelum sebuah gugatan masuk ke pengadilan. Real Madrid dan A22 menuntut total lebih dari €4,5 miliar atau sekitar Rp78,3 triliun, dengan Los Blancos memegang porsi terbesar.
Presiden Real Madrid, Florentino Pérez, telah memberikan sinyal mengenai niat menggugat dalam Sidang Umum Real Madrid. Sehari kemudian, A22 merilis pernyataan resmi tentang langkah hukum tersebut.
"A22 Sports Management mengumumkan bahwa pada 21 November 2025, kami telah memulai prosedur MASC yang diwajibkan oleh hukum Spanyol, sebelum memulai proses hukum terhadap UEFA atas kerugian yang disebabkan oleh penyalahgunaan posisi dominan UEFA sebagai operator monopoli kompetisi klub lintas batas di Eropa," tulisnya.
A22 juga menyinggung putusan penting pada 21 Desember 2023 dari Pengadilan Uni Eropa. Pengadilan menyatakan UEFA melanggar hukum persaingan karena menghalangi kompetisi baru seperti Super League.

A22 menyatakan bahwa meski sudah ada putusan dari CJEU dan pengadilan banding Spanyol, UEFA tetap memakai aturan yang bertentangan. Mereka menyebut regulasi baru 2024 justru semakin tidak sesuai dengan keputusan pengadilan.
Akar konflik bermula pada April 2021 ketika 12 klub besar mengumumkan Super League. Kompetisi itu disiapkan sebagai pesaing Liga Champions dan dijanjikan menghadirkan pendapatan lebih besar.
Akan tetapi, proyek itu runtuh hanya dalam 48 jam akibat penolakan publik dan tekanan politik. UEFA dan FIFA ikut mengancam sanksi berat sehingga banyak klub langsung mengundurkan diri.
Enam klub Inggris menarik diri terlebih dahulu dan meninggalkan Madrid serta Barcelona sebagai pihak yang tetap bertahan. Meski begitu, Pérez tetap melanjutkan jalur hukum dengan menuduh UEFA mengendalikan "monopoli yang membunuh inovasi".
Dukungan datang dari CEO A22, Bernd Reichart, yang terus memperjuangkan proyek tersebut melalui jalur legal. Putusan CJEU Desember 2023 kemudian memutuskan bahwa persetujuan UEFA pada kompetisi baru melanggar hukum Uni Eropa.
Putusan itu diperkuat oleh Audiencia Provincial Spanyol yang menyatakan UEFA menyalahgunakan posisi dominan. Keputusan itu membuka peluang besar bagi Real Madrid untuk menuntut kompensasi finansial.
Setelah keputusan tersebut, UEFA dan A22 sempat melakukan sejumlah pertemuan untuk mencari titik temu. Pembahasan berlangsung antara petinggi A22, UEFA, dan perwakilan Madrid serta Barcelona.
Akan tetapi, negosiasi terhenti karena kedua pihak tidak sepakat mengenai format kompetisi. Sumber internal menilai UEFA hanya menunda waktu dan tidak berniat mencapai kesepakatan. (Rangga)