ThePhrase.id –Tanggal 24 Juli 2024 merupakan peringatan Hari Kebaya Nasional pertama sejak penetapannya melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023pada tanggal 4 Agustus 2023.
Penetapan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional karena kebaya merupakan salah satu budaya Indonesia yang memiliki nilai sejarah yang tinggi sehingga patut dijaga dan dilestarikan. Selain itu, peringatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebaya.
Peringatan pertama Hari Kebaya Nasional digelar di Istora Senayan pada Rabu, 24 Juli 2024 dan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo bersama Ibu Iriana.
Acara yang bertemakan “Lestarikan Budaya dengan Bangga Berkebaya,” ini diikuti oleh 9.250 perempuan berkebaya.
Peringatan perdana tersebut mendapatkan penghargaan rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk Pementasan dan Penyelenggaraan Upacara Hari Kebaya Nasional Pertama, dihadiri oleh 9.250 perempuan berkebaya.
Dari ribuan yang hadir beberapa merupakan organisasi yang ikut aktif menyuarakan soal kebaya seperti OASE Kabinet Indonesia Maju (KIM) yang dipimpin Iriana Jokowi, Cahaya Ladara Nusantara (CLN) yang dipimpin Nanny Hadi Tjahjanto, hingga komunitas seperti Kebaya, Kopi, dan Buku (KKB)
Tak hanya perempuan dalam negeri saja, beberapa juga merupakan peserta dari negara-neagara Asia Tenggara lainnya.
Kebaya patut dirayakan karena pakaian tradisional tersebut bukan sekadar pakaian yang membalut tubuh melainkan menjadi sebuah simbol perjuangan perempuan Indonesia sejak zaman dahulu.
Kebaya sudah menjadi identitas nasional yang telah berkembang menjadi warisan budaya yang berharga sehingga perlu dilestarikan keberadaannya. Kini, kebaya telah berkembang menjadi busana yang digunakan secara nasional dalam berbagai kegiatan baik yang berskala nasional maupun internasional.
Kata kebaya berasal dari kata abaya dari bahasa Arab yang artinya jubah atau pakaian. Diketahui awal mula kemunculan kebaya di Indonesia dimulai pada abad ke-15 atau ke-16 jauh sebelum masa kemerdekaan Indoneisa. Namun, jika melihat dari zaman klasik atau zaman Hindu-Budha, masyarakat hanya mengenal pakaian yang tidak sepenuhnya menutupi tubuh.
Kebaya diperkenalkan oleh bangsawan Eropa atau para priyayi di abad ke-19. Pada masa itu, ketersediaan kebaya masih sangat terbatas dan hanya digunakan oleh kalangan tertentu. Masyarakat pribumi hanya memakai kemben sebagai kehidupan sehari-hari. Secara perlahan, masyarakat Indonesia mulai mengadopsi kebaya menjadi pakaian sehari-hari.
Namun, terdapat perbedaan antara kebaya yang dikenakan oleh para bangsawan dan pribumi. Kebaya yang digunakan oleh bangsawan menggunakan bahan ekslusif, seperti bahan bludru dan kancing emas. Model yang digunakan pun berbeda, masyarakat bangsawan akan menggunakan model encim yang merupakan hasil percampuran budaya Indonesia dan Tionghoa. Sedangkan, masyarakat pribumi menggunakan kebaya berbahan sederhana atau yang saat ini dikenal sebagai lurik.
Kini, kebaya melambangkan kesederhanaan, keanggunan, kelembutan, dan keteguhan perempuan Indonesia. [Syifaa]