sport

Pertagas Dorong Ketahanan Pangan Lewat Pertanian Berkelanjutan: Dari Lahan Kritis hingga Sawah Produktif

Penulis Ahmad Haidir
Sep 24, 2025
PT Pertamina Gas (Pertagas) bersama petani melakukan program CSR Permata Borneo, jaringan pipa irigasi bertenaga surya yang mengalirkan air langsung ke lahan hortikultura di Desa Martadinata, Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, Rabu, 24 September 2025. Dok. Pertamina
PT Pertamina Gas (Pertagas) bersama petani melakukan program CSR Permata Borneo, jaringan pipa irigasi bertenaga surya yang mengalirkan air langsung ke lahan hortikultura di Desa Martadinata, Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, Rabu, 24 September 2025. Dok. Pertamina

Thephrase.id - Di tengah tantangan perubahan iklim, menurunnya produktivitas lahan, dan ketidakpastian pangan global, PT Pertamina Gas (Pertagas) percaya bahwa masa depan pangan Indonesia justru dimulai dari desa.

Menyambut Hari Tani Nasional, Pertagas terus menegaskan komitmennya memberdayakan masyarakat tani di sekitar wilayah operasinya. Melalui berbagai inovasi program CSR, bukan hanya mengubah cara bertani, namun juga menguatkan kehidupan masyarakat desa agar lebih sejahtera, mandiri, dan tangguh dalam menghadapi perubahan.

“Bagi Pertagas, mendukung petani berarti menjaga masa depan pangan Indonesia. Inovasi energi terbarukan, pengelolaan lahan yang ramah lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat menjadi kunci agar desa-desa kita bisa lebih berdaya,” ujar Sulthani Adil Mangatur, Corporate Secretary Pertamina Gas.

Di Desa Martadinata, Kutai Timur, para petani yang dulu bergantung pada penyiraman konvensional kini bisa bernapas lebih lega. Melalui program Permata Borneo, jaringan pipa irigasi bertenaga surya kini mengalirkan air langsung ke lahan hortikultura. Sehingga proses penyiraman yang biasanya selesai sehari penuh, kini rampung hanya dalam separuh waktu.

Lebih dari itu, produktivitas pertanian juga menjadi lebih optimal, hasil panen tomat dan cabai meningkat. “Keberhasilan petani di Kutai Timur membuktikan bahwa inovasi sederhana yang dipadukan dengan energi terbarukan bisa menghasilkan dampak besar, baik bagi lingkungan maupun kesejahteraan,” ungkap Sulthani.

Lain lagi ceritanya di Desa Karya Jaya, Kutai Kartanegara. Di lahan podsolik dan gambut yang selama ini dianggap tidak produktif, kini tumbuh subur tanaman hortikultura melalui program Karyadarsa. Pompa bertenaga surya yang dipasang mampu meningkatkan kapasitas air untuk lebih dari seribu warga, sementara racikan pupuk organik hasil pendampingan Pertagas mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Pertagas Dorong Ketahanan Pangan Lewat Pertanian Berkelanjutan  Dari Lahan Kritis hingga Sawah Produktif
Dok. Pertamina

Hasilnya, produktivitas meningkat dan pada 2025 petani mencatat 15 kali masa panen dalam setahun. “Pendekatan berbasis lokal yang sesuai dengan karakter tanah membuat solusi ini bukan hanya teknis, tapi benar-benar berkelanjutan,” kata Sulthani.

Sementara di tengah perkotaan Sidoarjo, melalui program Cita Sembada, Pertagas membantu petani mengatasi permasalahan kekeringan pada lahan 15 hektar dengan membangun sistem irigasi baru sepanjang 400 meter, memodifikasi pompa, dan memanfaatkan panel surya untuk mengalirkan nutrisi ke sawah warga. Hasilnya, lahan yang dulu hanya panen sekali, kini mampu panen tiga kali dalam setahun.

“Integrasi teknologi dengan kebutuhan lokal adalah contoh bagaimana pertanian dengan inovasi teknologi bisa mendorong produktivitas tanpa mengorbankan lingkungan,” jelas Sulthani.

Tak jauh dari sana, di Desa Permisan, program Permisan Ciamik Jaya mengajarkan cara baru bertani dengan memanfaatkan pematang tambak udang untuk menanam sayur dan buah. Kini warga bisa panen udang, nila, dan sayuran secara berkala dan hasilnya juga dibagikan untuk program makanan tambahan Posyandu. “Ketahanan pangan tidak hanya soal panen, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar Sulthani.

Di Desa Sidomulyo, Sumatera Selatan, program Pusaka Tirta mengubah pola pikir bertani. Petani kini memanfaatkan pupuk organik hasil olahan sendiri dan teknik hidroponik untuk meningkatkan hasil panen hingga tiga kali setahun. Selain mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, tanah menjadi lebih sehat dan hasil pertanian lebih bernilai.

“Dengan beralih ke sistem organik, petani tidak hanya meningkatkan hasil, tetapi juga menjaga keberlanjutan tanah dan air bagi generasi mendatang,” ucap Sulthani.

Pertagas Dorong Ketahanan Pangan Lewat Pertanian Berkelanjutan  Dari Lahan Kritis hingga Sawah Produktif
Dok. Pertamina

Sementara di Indramayu, program Bumi Reang membantu para petani yang lahannya terancam abrasi dan kekeringan. Pemasangan geotube, penanaman mangrove, dan pemanfaatan energi surya untuk sistem irigasi membuat mereka kini bisa menanam dua kali dalam setahun. Produktivitas meningkat pesat, pendapatan pun ikut meningkat.

“Adaptasi terhadap krisis iklim harus dilakukan sejak sekarang. Melalui Bumi Reang, kita melihat bagaimana perlindungan lahan bisa berjalan seiring dengan peningkatan pendapatan petani,” tutup Sulthani.

Dari Sumatera hingga Kalimantan, dari sawah organik hingga tambak terpadu, langkah-langkah Pertagas bukan hanya tentang teknologi, melainkan tentang menguatkan akar kehidupan dari desa. Hingga kini, program-program tersebut telah memberikan manfaat langsung bagi lebih dari 300 petani dan ribuan masyarakat desa, memperkuat ketahanan pangan, serta membuka jalan bagi ekonomi desa yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Dengan semangat Hari Tani Nasional, Pertagas berharap upaya kecil yang dimulai dari desa ini dapat menjadi bagian dari gerakan besar menuju swasembada pangan Indonesia.

Artikel Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic