ThePhrase.id – Kebaya sudah dikenal sebagai busana nasional Indonesia yang ditetapkan pada tahun 1978 oleh pakar kebudayaan Indonesia. Meskipun kebaya identik dengan budaya Jawa dan Bali namun juga ditemukan di Jawa Barat (Sunda), Madura, Lombok, Maluku, Minahasa, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Sebelum ditetapkan sebagai busana nasional, kebaya sudah digunakan oleh perempuan Jawa sebagai pakaian sehari-sehari. Pada masa penjajahan Belanda pun, perempuan Belanda banyak yang menggunakan kebaya. Namun pada masa itu, kebaya juga sebagai penanda kelas sosial seseorang.
Perbedaan kebaya kelas bangsawan dan rakyat bisa dilihat dari pemilihan kain dan jahitannya serta desain kerah yang juga memiliki perbedaan. Untuk kelas bangsawan, kerahnya lebih tertutup dan berbentuk ‘V’ yang juga disebut sebagai kebaya Kartini. Kebaya rakyat biasa memiliki desin kerah yang lebih terbuka dan berbentuk ‘U’ yang sering disebut sebagai kebaya kutubaru.
Kebaya model kartini dan kutubaru. (Foto: Wikimedia Commons)
Seiring berjalannya waktu, desain dan jenis kebaya sudah bukan menjadi penanda kelas sosial seseorang, karena berbagai lapisan masyarakat dapat menggunakannya. Namun bukan berarti batasan antar kelas sosial sudah hilang dalam penggunaan kebaya.
Di era masa kini, kebaya bisa dibilang sebagai kemewahan dengan munculnya desainer-desainer terkenal yang mendesain kebaya dengan gaya yang unik dan mewah. Selain itu juga adanya perubahan dalam penggunaan kebaya, di mana dahulu kebaya menjadi busana sehari-hari dan sekarang kebaya menjadi busana yang digunakan pada momen-momen tertentu seperti acara formal, pernikahan, wisuda, dan perayaan nasional seperti hari Ibu atau hari Kartini.
Pemakaian kebaya di acara formal. (Foto: Wikimedia Commons/Tumanisme)
Dengan adanya pergeseran penggunaan kebaya, munculah Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia yang ingin mengembalikan penggunaan kebaya untuk keseharian, bukan hanya untuk momen-momen tertentu. Hal ini untuk menjaga rasa nasionalisme yang ada dalam kebaya.
Mengingat pada masa penjajahan Belanda ketika Indonesia sedang memperjuangkan kemerdekaan perempuan Jawa menggunakan kebaya sebagai simbol anti kolonial. Pada masa itu kebaya menjadi pembangkit nasionalime Indonesia sebagaimana tertulis dalam buku Outwards Appearance; Trend, Identitas dan Kepentingan oleh Nordholt. [Syifaa]