regional

Petirtaan Jolotundo, Situs Pemandian Tertua di Jawa Timur

Penulis Ashila Syifaa
Aug 24, 2023
Petirtaan Jolotundo. (Foto: Wikimedia Commons/Lasthib)
Petirtaan Jolotundo. (Foto: Wikimedia Commons/Lasthib)

ThePhrase.id - Pertirtaan Jolotundo yang juga dikenal sebagai Candi Jolotunda dianggap sebagai pertirtaan tertua di Jawa Timur. Berada di wilayah Gunung Penanggungan, lebih tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Pertirtaan ini merupakan sebauh struktur bangunan yang berhubungan dengan air. Pertirtaan berasal dari kata dasar tirtha yang berarti air dalam hal keagamaan air tersebut merupakan air suci yang dipercaya dapat mensucikan diri.

Situs kuno tersebut memilki sejumlah relief yang menceritakan kisah-kisah zaman kerajaan dahulu. Diketahui melalui inskripsi yang dipahatkan pada dinding sisi timur, situs ini sudah ada sejak tahun 997 M. Totalnya terdapat 16 buah relief, salah satunya menceritakan adegan-adegan dari kisah kelahiran Raja Udayana.

Berdasarkan relief pada candi dan temuan lempengan logam bertuliskan nama dewa Isana dan Agni dapat dijelaskan bahwa candi ini bercorak Hindu. 

Sejarah Pertirtaan Jolotundo

Menurut karya guru besar aekeolog Universitas Leiden, Belanda, Fredweik Bavid Kan Boch 1965, berdirinya situs ini berawal dari keinginan Raja Udayana membangun tempat pemandian khusus. Situs pemandian tersebut juga menjadi bentuk syukur atas kelahiran Airlangga, anak dari Udayana dengan Mahendradatta. Tempat itu dinamai Jolotundo dari kata jolo yang berarti air dan tundo berarti bertingkat, maknanya pemandian air bertingkat.

Situs ini sempat hilang selama ratusan tahun setelah ditinggalkan pengikutnya, namun ditemukan kembali pada tahun 1815. Jolotundo kembali ditemukan oleh Surveyor Hindia Belanda Johannes Willem Bartholomeus Wardenaar atas perintah Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles.

Pada situs Jolotundo ini terdapat batu andesit berbentuk oval yang menyerupai bunga teratai ditemukan pada bagian utama yaitu dinding sebalah timur. Batu-batu andesit yang dihaluskan ini memiliki beberapa lubang tempat mengucurnya air. 

Terdapat 16 lubang pancuran di tingkat terbawah dan 14 lubang pancuran di undakan berikutnya. Air bersih dan segar mengalir deras dari lubang pancuran tersebut dan jatuh ke kolam di bawahnya. 

Pada masanya, situs ini sering dijadikan lokasi semedi para raja-raja Majapahit yang berkuasa antara abad 13 dampai 15. Namun, hingga saat ini, situs tersebut juga masih digunakan masyarakat umum dan umat Hindu untuk beribadat. Salah satunya adalah upacara Ruwatan yang digelar masyarakat Seloliman sebagai bentuk syukur mereka terhadap Sang Pencipta atas berkah limpahan air tiada henti yang mengalir dari Pertirtaan Jolotuno ke kebun dan sawah.

Selain itu, air dari Jolotundo pun dibawa oleh Gubernur Khofifah Indar Parwansa ke lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) saat prosesi penyatuan tanah dan air dari seluruh Nusantara, 14 Maret 2022. [Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic