ThePhrase.id - Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya telah mengungkap hasil penyelidikan kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (ADP), dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7).
ADP ditemukan tak bernyawa di sebuah rumah kos tempat ia tinggal di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7). Saat ditemukan, wajah ADP dalam kondisi terlilit lakban.
Dalam penyelidikan, sejumlah pihak dan ahli terlibat secara intensif untuk memastikan penyebab kematian ADP. Polisi telah memeriksa 24 saksi yang terlibat dan mengumpulkan 103 barang bukti termasuk lakban kuning, ponsel, hingga barang pribadi lainnya.
Berdasarkan hasil penyelidikan, pihak kepolisian menyimpulkan bahwa ADP meninggal karena bunuh diri. Kesimpulan didapatkan karena tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun keterlibatan pihak lain dalam kasus tersebut. Disebutkan juga bahwa penyebab kematian adalah gangguan pertukaran oksigen pada saluran pernapasan atas yang menyebabkan korban mengalami mati lemas.
Menurut hasil autopsi yang dilakukan oleh tim forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menunjukkan Arya Daru meninggal karena kelainan pada saluran oksigen yang mengakibatkan terhambatnya pernapasan dan akhirnya menyebabkan kematian.
Selain itu, hasil pemeriksaan laboratorium toksikologi tidak menemukan adanya senyawa beracun, narkoba, maupun alkohol di dalam tubuh korban. Pihak kepolisian juga menegaskan bahwa tidak ditemukan sidik jari atau DNA orang lain, termasuk pada lakban yang membungkus kepala ADP.
Pemeriksaan psikologi forensik dan digital turut mengungkap adanya sejumlah catatan digital pada perangkat elektronik milik ADP yang mengindikasikan keinginan untuk bunuh diri.
Pihak penyelidik menemukan bahwa ADP memiliki keinginan untuk bunuh diri sejak 2013. Hal ini ditemukan pada pengiriman e-mail yang dikirimkan ke salah satu badan amal yang menyediakan layanan dukungan terhadap orang uang memiliki perasaan tertekan atau putus asa yang dapat menyebabkan bunuh diri.
Sementara itu, Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifot) menyatakan bahwa ADP sempat mengalami burn out atau kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh stres berkepanjangan.
Ketua Umum Apsifor, Nathanael E. J. Sumampouw, menyatakan bahwa ADP merupakan individu yang dikenal dengan pribadi yang positif, bertanggung jawab, hingga peduli terhadap lingkungan. Namun, ia diduga memiliki kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif yang kuat, terutama dalam situasi tekanan tinggi. Ia juga mengungkapkan bahwa ADP sempat berupaya mengakses layanan kesehatan mental secara daring pada 2021.
Meski demikian, hasil penyelidikan kepolisian ditolak oleh pihak keluarga. Mereka meyakini bahwa kematian ADP bukan disebabkan oleh bunuh diri. Keluarga juga menyatakan tidak pernah melihat adanya tanda atau indikasi bahwa ADP mengalami depresi. [Syifaa]