ThePhrase.id - Pada momen Idulfitri 2025, Presiden Probowo Subianto memilih untuk bersilturrahmi kepada Megawati Sukarnoputri daripada silaturrahmi kepada mantan presiden Joko Widodo alias Jokowi. Apakah ini sinyal kuat Prabowo sudah meninggalkan Jokowi? Sepeninggalnya ke luar negeri, sejumlah loyalis Jokowi di Kabinet Merah Putih ramai-ramai mendatangi Jokowi dan menyatakan Jokowi sebagai bosnya.
Menjelang lawatannya ke luar negeri, Prabowo mendatangi kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat pada Senin (7/4/2025) malam. Momen pertemuan keduanya tersebar luas melalui sebuah foto yang dipublikasikan oleh Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian Partai Gerindra yang ikut mendampingi Prabowo dalam pertemuan itu. Sufmi menepis anggapan jika pertemuan kedua tokoh itu digelar diam-diam.
"Kita juga datang enggak sembunyi-sembunyi. Kita datang rame-rame kok semalem," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Selain Sufmi, hadir juga Sekretaris Jenderal Partai Gerindra sekaligus Ketua MPR Ahmad Muzani, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, dan Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus, Aries Marsudiyanto serta Sekretaris Kabinet Letkol Teddy Indra Wijaya. Sedangkan Megawati didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan yang merupakan bekas ajudannya.
Pertemuan ini seperti sebuah pertemuan tertunda yang sudah direncanakan sejak sebelum pelantikan Presiden, 20 Oktober 2024 lalu. Suasana kebatinan politik yang tidak kondusif membuat pertemuan itu baru terwujud setelah satu semester masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Selama ini, posisi Gibran sebagai wakil presiden mendampingi Prabowo menjadi hambatan Prabowo untuk bertemu Megawati. Hubungan yang buruk Megawati dengan Jokowi dan keluarganya mengharuskan Prabowo menjaga jarak dengan Megawati, meskipun keduanya punya hubungan dekat dan sejarah kebersamaan sebagai pasangan pada Pilpres 2009 lalu.
Itulah sebabnya, pertemuan Prabowo dan Megawati yang mengambil momen Idulfitri ini mengundang banyak pertanyaan. Utamanya, tentang hubungan Prabowo dengan Jokowi yang selama ini terlihat dekat dan akrab sejak menjelang Pilpres 2024 lalu. Setelah terpilih sebagai presiden, Prabowo sowan ke Jokowi di Solo sebanyak dua kali, yakni pada Ahad 4 Oktober 2024 menjelang penyusunan kabinet dan Ahad, 3 November 2024, menjelang lawatan pertamanya ke luar negeri sebagai presiden.
Kedatangan Prabowo ke Teuku Umar menemui Megawati, Senin malam itu sebagai isyarat bahwa kendala psikologis politik itu sudah tidak ada. Fungsi Gibran sebagai tiket memasuki pintu Istana sudah selesai sejak pelantikan presiden 20 Oktober 2024 lalu. Kapasitas dan kapabilitasnya yang tak cukup untuk mengemban tugas sebagai wakil presiden membuat Gibran menjadi bahan gunjingan netizen setiap kali Gibran tampil di depan publik.
Sementara Jokowi yang selama ini disebut selalu ingin cawe-cawe dalam pemerintahan Prabowo-Gibran, sekarang sedang disibukkan dengan tuntutan publik atas semua dugaan kebohongan dan kebijakannya yang selama ini dinilai banyak merugikan negara dan rakyat Indonesia. Kasus-kasus yang tersimpan rapat selama Jokowi berkuasa kini dibuka satu-satu setelah dia lengser dari kursi kekuasaanya.
Seperti kasus ijazah palsu yang telah mengorbankan banyak pihak, termasuk UGM yang harus menanggung beban sebagai institusi yang disebut sebagai perguruan tinggi yang mengeluarkan ijazah itu. UGM tidak hanya berhadapan dengan publik yang menuntut kejelasan dan kebenaran ijazah itu, tetapi juga berhadapan dengan alumni dan sebagian dari civitas akademikanya sendiri yang meyakini ijazah itu palsu.
Tentu saja, dengan kondisi yang dialami Jokowi saat ini, pilihan Prabowo untuk menemui Megawati jauh lebih strategis dan menguntungkan secara politik. Megawati adalah pimpinan partai politik pemenang pemilu 2024. PDI Perjuangan (PDIP), partai yang dipimpinnya meraih suara terbanyak pemilu legislatif dengan 25.387.279 pemilih atau 16,73% suara.
Sementara Jokowi bukan siapa-siapa lagi sejak lengser dari kursi presiden dan dipecat dari keanggotaannya di PDI Perjuangan. Pemecatan ini, membuat posisi Gibran di pemerintahan seperti kapal yang terombang-ambing di lautan politik Indonesia karena terputus dari tali jangkarnya. Ditambah lagi dengan kapasitasnya yang tak cukup untuk bisa membaca arah angin dan arus laut dan lemahnya kemampuan navigasi.
Di sisi lain, Megawati pun perlu back up Prabowo dari pihak-pihak yang akan mengganggu partainya menjelang kongres partai yang akan digelar dalam waktu dekat. Waktu dan tempat kongres yang masih belum diumumkan menjadi sinyal jika Megawati sedang mewaspadai agar apa yang dialami Partai Demokrat dulu tidak dialami partainya. Apalagi saat ini, posisi sekjen partai dalam keadaan lowong sepeninggal Hasto Kristiyanto yang diberhentikan karena tersangkut masalah hukum.
Silaturrahmi Prabowo ke rumah Mega itu menjadi filter atau teropong untuk melihat para menteri Kabinet Merah Putih yang loyal atau tidak. Isu matahari kembar dalam pemerintahan Prabowo-Gibran selama ini dinilai cukup menganggu jalannya pemerintahan dan memberi citra buruk pada kepemimpinan Presiden Prabowo. Lingkaran Prabowo perlu cara untuk melihat dan mendeteksi ke mana kiblat dan loyalitas para menterinya setelelah pemerintah berjalan selama enam bulan ini. Dan benar saja, sepeninggal Prabowo melawat ke luar negeri, sejumlah menteri menemui Jokowi di Solo, Jawa Tengah. Bahkan dua di antara menteri itu dengan tegas mengatakan bahwa Jokowi masih sebagai bosnya.
"Silaturahmi sama bekas bos saya. Sekarang masih bos saya,” kata Menteri Kelautan dan Perikananan, Sakti Wahyu Trenggono, usai bertemu Jokowi di Solo, Jawa Tengah, pada Jumat 11 April 2025.
Sama seperti Menteri Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menegaskan bahwa Jokowi masih menjadi bosnya.
"Silaturahmi karena Pak Jokowi kan bosnya saya. Jadi, saya sama Ibu mau silaturahmi mohon maaf lahir dan batin. Juga (minta) doain supaya Pak Presiden dan Ibu itu sehat, karena saya masih jadi Menteri Kesehatan kan,” ujar Budi menjawab pertanyaan awak media.
Selain Menteri Sakti Wahyu Trenggono dan Budi Gunadi Sadikin, juga ada Kepala Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Wihaji, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno dan Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya.
Apakah pertemuan Prabowo – Megawati juga menjadi sinyal akan adanya pergantian awak di dalam Kabinet Merah Putih, agar tak ada dua nakhoda dalam satu kapal. Belum jelas benar tapi Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani, mengisyaratkan hal tersebut.
“Akan ada silaturahmi dan pertemuan-pertemuan yang selanjutnya,” kata Puan di Gedung DPR RI, Senin (14/4/2025).
Pertemuan untuk mempererat rangkulan kepada partai berlambang kepala banteng itu, sekaligus melepaskan diri dari bayang-bayang dan cawe-cawe Jokowi. (Aswan AS)