Thephrase.id - Ada yang berbeda dari Ligue 1 2024-2025 pada akhir pekan lalu. Bukan soal skor atau strategi, melainkan sikap diam namun lantang dari dua pemain yaitu Nemanja Matic dan Mostafa Mohamed.
Keduanya menolak mengenakan atribut pelangi yang menjadi simbol kampanye anti-homofobia Ligue 1, dalam rangka Hari Internasional Melawan Homofobia, Bifobia, dan Transfobia atau LGBT+ yang diperingati setiap 17 Mei.
Matic, gelandang veteran Lyon, terlihat masuk sebagai pemain pengganti di menit ke-69 saat timnya menang 2-0 atas Angers. Akan tetapi publik dengan cepat menyadari ada yang janggal di lengan bajunya.
Logo pelangi yang semestinya terpampang terang justru tertutup sepotong kain putih. Meski simbol lain yakni tulisan "homofobia" dalam bahasa Prancis yang dicoret merah dengan kata "football" di bawahnya masih terlihat, aksi tutup logo ini langsung memancing perhatian.
Di sisi lain, striker Nantes asal Mesir, Mostafa Mohamed, memilih absen total. Ia tak turun ke lapangan saat timnya menang 3-0 atas Montpellier. Ia menjelaskan bahwa keputusannya lahir dari keyakinan pribadi.
"Setiap orang membawa cerita, budaya, dan kepekaannya sendiri. Hidup bersama juga berarti mengakui bahwa keberagaman dapat diekspresikan secara berbeda, tergantung pada orangnya," tegasnya.
"Saya percaya pada rasa saling menghormati. Rasa hormat yang kita miliki terhadap orang lain, tetapi juga rasa hormat yang kita miliki terhadap diri kita sendiri dan keyakinan kita. Bagi saya, ada nilai-nilai yang mengakar kuat yang terkait dengan latar belakang dan keyakinan saya yang membuat partisipasi saya dalam inisiatif ini menjadi sulit," tambahnya.
Sejak 2021, Ligue 1 rutin menyisipkan simbol pelangi pada satu pekan pertandingan tiap musim sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas LGBTQ+.
Dari nomor punggung, ban kapten, hingga patch di lengan baju, semuanya menyuarakan pesan yang sama yaitu sepak bola untuk semua. Bahkan beberapa kostum edisi pelangi dilelang untuk kegiatan amal.
Akan tetapi respons dari pemain tidak pernah seragam. Beberapa, seperti Idrissa Gueye di PSG pada 2021 dan 2022, juga memilih absen dari pertandingan.
Yang lain, seperti gelandang Monaco Mohamed Camara, menutup logo kampanye dengan isolasi putih dan diganjar sanksi empat pertandingan oleh Federasi Sepak Bola Prancis (LFP).
LFP menyatakan bahwa hukuman tersebut dijatuhkan karena "penolakan menjalankan satu atau lebih tindakan kampanye kesadaran tentang perjuangan melawan homofobia".
Lyon belum memberikan komentar resmi terkait tindakan Matic, sementara Nantes pun memilih diam atas pernyataan publik Mohamed. Yang jelas, ini bukan pertama kalinya pemain menolak kampanye LGBTQ+ dan kemungkinan besar bukan yang terakhir.