Ragam Tradisi Unik Perayaan Iduladha di Indonesia

ThePhrase.id – Iduladha merupakan salah satu hari besar keagamaan umat Islam yang juga bertepatan dengan datangnya musim haji. Hari raya Iduladha ini memperingati peristiwa ketika Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya, Ismail yang kemudian digantikan dengan domba atas kehendak Allah SWT.

Setiap tahunnya, umat Islam merayakan Iduladha dengan berkumpul untuk melakukan Salat Id di lapangan ataupun masjid dan melakukan penyembelihan hewan kurban setelah salat.

Namun, Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar memiliki ragam tradisi yang tak hanya identik dengan potong kurban saja. Ada berbagai tradisi unik yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia untuk merayakan Hari Raya Iduladha ini.

1. Tradisi Apitan di Semarang

Tradisi yang juga dikenal dengan sebutan sedekah bumi, merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Semarang. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa atas rezeki hasil bumi. Tradisi Apitan dilakukan jelang Hari Raya Iduladha di sejumlah kawasan di Pantai Utara.

Tradisi Apitan diawali dengan pembacaan do’a kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani dan ternak. Nantinya hasil tani dan ternak tersebut akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat. Diketahui, masyarakat Semarang percaya bahwa kegiatan tersebut merupakan tradisi dari Wali Songo untuk mengungkapkan rasa syukur di hari perayaan Idul kurban.

2. Tradisi Manten Sapi di Pasuruan

Masyarakat Pasuruan juga memiliki tradisi yang mengungkapkan rasa syukurnya yaitu tradisi Manten Sapi yang juga merupakan bentuk penghormatan terhadap hewan kurban. Tradisi Manten Sapi ini dilakukan dengan meriasi sapi yang akan dikurbankan seperti hendak jadi pengantin. Selain itu, sapi tersebut juga dikalungi dengan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan sajadah.

Kain kafan yang digunakan merupakan sebuah simbol kesucian bagi orang yang berkurban. Setalah sapi selesai dirias akan diarak menuju masjid untuk diserahkan kepada panitia kurban yang kemudian daging kurban akan diolah bersama-sama.

3. Tradisi Grebeg Gunungan di Yogyakarta

Tradisi Grebeg Gunungan Yogyakarta ini sekilas mirip dengan tradisi Apitan dari Semarang. Tradisi tersebut juga dilakukan oleh masyarakat dengan mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman.

Berbeda dari tradisi Apitan, Tradisi Grebeg Gunungan arak-arakan dilakukan dengan menyusun tiga gunungan dari rangkaian sayur-mayur dan buah-buahan terlebih dulu. Tradisi ini ternyata tak hanya dilakukan menjelang Iduladha saja namun juga saat menjelang Idul Fitri. Bagi masyarakat setempat, Grebeg Gunungan dipercaya jika berhasil menyusun hasil bumi dalam bentuk gunungan dapat mendatangkan rezeki.

4. Tradisi Gamelan Sekaten di Cirebon

Gamelan Saketan dipercaya berasal dari dakwah Sunan Gunung Jati yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di Cirebon. Tradisi ini dilakukan dengan memainkan gamelan yang dibunyikan setiap perayaan besar agama Islam, seperti Idulfitri dan Iduladha.

Gamelan di sekitar area Keraton Kesepuhan Cirebon yang dibunyikan menandakan bahwa umat Muslim di Cirebon sedang merayakan hari kemenangan. Menurut Indonesia Travel, gamelan dibunyikan saat sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa setelah melakukan Salat Id.

5. Tradisi Meugang di Aceh

 Tradisi Meugang yang berasal dari Aceh juga dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kemakmuran dalam menyambut hari-hari besar Umat Islam. Tradisi awalnya dilakukan pada masa kerajaan Aceh dengan menyembelih hewan dalam jumlah yang banyak lalu didibagikan secara gratis.

Meugang ini yang telah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu identik dengan mengolah daging sapi maupun kerbau menjadi beragam olahan untuk dinikmati secara bersama-sama. [Syifaa]