ThePhrase.id – Pada waktu yang hampir bersamaan Nahdlatul Ulama (NU) merayakan harlah yang ke-96 tahun dan masyarakat Tionghoa Indonesia merayakan Imlek tahun 2022.
Harlah NU diisi dengan pengukuhan PBNU masa khidmah 2022 – 2027 di Balikpapan, Kalimantan Timur. Hadir dalam pengukuhan ini, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin.
“Pertama-tama atas nama pemerintah dan bangsa Indonesia saya menyampaikan selamat kepada seluruh pengurus PBNU masa khidmah 2022 -2027 di bawah kepimpinan KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf,” kata Joko Widodo ketika menyampaikan sambutan pada pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa Khidmah 2022-2027, Senin (31/1/22).
Keesokan harinya, masyarakat Tionghoa memperingati Imlek tahun 2022. Karena masih pandemi, perayaan Imlek dilakukan secara sederhana dan sebagain lagi secara virtual oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Bendera NU. (Foto: Nahdlatul Ulama)
Lalu bagaimana hubungan NU dan masyarakat Tinghoa?
Nahdlatul Ulama merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi yang senantiasa menjunjung tinggi keberagaman dan kesejahteraan ini, memiliki hubungan yang baik dengan Komunitas Tionghoa.
Kedekatan dan hubungan yang baik dengan Komunitas Tionghoa terus di dorong karena bagi NU, kesatuan dan persatuan sangat dibutuhkan di negari ini.
Salah satu upayanya adalah menjalin kerja sama untuk pengembangan dakwah dan ekonomi keumatan bagi warga NU dan pesantren serta komunitas Tionghoa. NU berperan penting dalam ilmu agama, sementara masyarakat Tiongkok berperan penting dalam pengembangan ekonomi dan usaha.
Dalan konteks ini, NU menjalin kerja sama dengan Komunitas Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia serta Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Surabaya. Upaya ini dilakukan untuk dakwah dan untuk meningkatkan perekonomian warga NU.
Dalam kerja sama ini, komunitas Tionghoa dapat belajar mengenai agama dengan ahlinya seperti NU dan sebaliknya NU dapat mempelajari ekonomi dan usaha dari Komunitas Tiongkok.
Ketua Yayasan Masjid Haji Muhammad Cheng Ho, Surabaya Abdullah Nurawi mengatakan pihaknya menjalin kerja sama ini untuk menjadi pendamping bagi komunitas Tiongkok di Indonesia.
Selain dalam bidang dakwah dan eknomi, NU memiliki hubungan yang baik dengan komunitas Tionghoa dalam hal kehidupan sehari-hari hingga menerapkan budaya Tionghoa dalam kehidupan pesantren.
Buku mengenai Bapak Tionghoa Indonesia. (Foto: Gerai Kompas)
Salah satunya adalah Pondok Buntet Pesantren Cirebon, yang menghadirkan barongsai dan sudah menjadi tradisi di pesantren tersebut. Ini dikarenakan kedekatan Kiai Buntet dengan masyarakat Tionghoa di daerahnya.
Banyak warga Tionghoa pun yang ikut serta berkontribusi untuk pengembangan pesantren. Masyarakat Tionghoa juga bisa merayakan Imlek dan menjadi libur nasional berkat sosok KH Abdurrahman Wahid yang juga cucu pendiri NU Hadhrotusyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Gus Dur pada masa kepresidenannya telah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang pencabutan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 mengenai pelarangan Tahun Baru Imlek di tempat umum. Masyarakat Tionghoa pun bisa merayakan Imlek lebih leluasa bahkan kemudian ditetapkan menjadi hari Libur Nasional.
Hal ini mendorong masyarakat Tionghoa terus menjalin hubungan baik dengan warga NU. Kelenteng Tay Kek Sie bahkan menobatkan Gus Dur menjadi Bapak Tionghoa Indonesia. Hingga saat ini, banyak masyarakat Tionghoa yang mengenang jasa Gus Dur ketika refleksi Imlek. [Syifaa]