ThePhrase.id - Berdasarkan data dari Kantor Imigrasi, sebanyak 3.912 Warga Negara Indonesia (WNI) memutuskan untuk pindah kewarganegaraan menjadi Warga Negara (WN) Singapura sepanjang tahun 2019-2023.
WNI yang pindah menjadi WN Singapura itu rata-rata berada pada usia produktif yaitu 25-35 tahun. Selain kalangan mahasiswa, mereka juga merupakan orang-orang yang memiliki keahlian khusus.
Faktor pendorong hal tersebut antara lain ialah kesempatan bekerja, infrastruktur, dan fasilitas pendidikan yang lebih baik, yang diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan.
“Kita tidak bisa melarang mereka. Itu adalah hak warga negara yang ingin bergabung dengan warga negara lain. Itu alasan privat, tetapi kita jadikan ini (evaluasi), bahwa Indonesia memang harus terus memperbaiki diri agar bisa memenuhi harapan warga negaranya,” ucap Dirjen Imigrasi Silmy Karim, dikutip katadata.co.id.
Besarnya pendapatan juga menjadi salah satu hal menjadi pilihan WNI untuk pindah menjadi WN Singapura. Menurut Trading Economics, upah minimal Singapura mencapai S$7.021 per bulannya, atau Rp79 juta jika dirupiahkan pada 2023. Upah minimal bulanan tersebut lebih besar 16x lipat dari UMP Jakarta sebesar Rp4,9 juta.
Di sisi lain, Singapura yang menjadi salah satu negara dengan angka fertilitas rendah, yaitu 1,1 pada 2022, sedang berusaha untuk menambah populasinya dari sekitar 5 juta jiwa menjadi 6,9 juta jiwa pada 2030.
Salah satu cara yang dilakukan adalah memberikan status kewarganegaraan baru kepada WN lain yang ingin menjadi WN Singapura. Dalam buku putih Singapura, disebutkan pada tahun 2030 separuh penduduknya merupakan orang asing atau imigran.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menanggapi hal tersebut dengan mempertanyakan nasionalisme WNI yang pindah menjadi WN Singapura ketimbang mempersoalkan lapangan kerja.
Menurutnya, sebagai anak bangsa, orang-orang tersebut yang seharusnya memperbaiki negaranya, bukan lari menjadi warga negara lain.
“Menurut saya kalau baru ngerasa nyaman di negara orang kemudian pindah, ya saya mempertanyakan, mohon maaf merasa kebangsaan dan nasionalisme memiliki bangsa ini. Jadi itu. Nanti kalau semua begitu negara ini siapa mengurus? Tapi itu pilihan mereka dan kita hargai saja,” ujar Bahlil tegas, dikutip CNBC Indonesia. (Rangga)