ThePhrase.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah sejak awal 2024. Pada Rabu (19/6) pagi, nilai tukar rupiah dibuka di posisi Rp16.406 per dolar AS dalam perdagangan pasar spot.
Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Melansir cnnindonesia.com, Ketua Banggar DPR Said Abdullah menyebutkan bahwa kebijakan suku bunga tinggi The Fed untuk menekan inflasi di Amerika Serikat (AS) telah memicu aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, tertekan.
Sementara itu, dari sisi internal, minat investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun karena berbagai faktor seperti pandemi COVID-19, tingginya inflasi, dan ketidakpastian geopolitik global.
Pelemahan rupiah tidak hanya berdampak pada sektor keuangan, tetapi juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan ekonomi. Beberapa dampak yang dapat dirasakan meliputi:
Melansir kompas.com, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah dapat menguat seiring waktu. Namun, penguatan itu belum tentu terjadi. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah, seperti meningkatkan surplus ekspor, mengurangi impor, menurunkan inflasi, dan menurunkan suku bunga.
Ia menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur serta perbaikan transportasi dapat mempermudah rantai pasokan barang dan jasa. Hal ini akan membuat harga barang dan jasa menjadi lebih murah sehingga mencegah inflasi. [nadira]