trending

Rupiah Hampir Sentuh Rp16.500 per Dolar AS, Apa Dampaknya?

Penulis Nadira Sekar
Jun 20, 2024
Foto Ilustrasi Mata Uang Dunia (freepik.com photo by 8photo)
Foto Ilustrasi Mata Uang Dunia (freepik.com photo by 8photo)

ThePhrase.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah sejak awal 2024. Pada Rabu (19/6) pagi, nilai tukar rupiah dibuka di posisi Rp16.406 per dolar AS dalam perdagangan pasar spot.

Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Melansir cnnindonesia.com, Ketua Banggar DPR Said Abdullah menyebutkan bahwa kebijakan suku bunga tinggi The Fed untuk menekan inflasi di Amerika Serikat (AS) telah memicu aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, tertekan.

Sementara itu, dari sisi internal, minat investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun karena berbagai faktor seperti pandemi COVID-19, tingginya inflasi, dan ketidakpastian geopolitik global.

Dampak Pelemahan Rupiah

Pelemahan rupiah tidak hanya berdampak pada sektor keuangan, tetapi juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan ekonomi. Beberapa dampak yang dapat dirasakan meliputi:

  • Kenaikan Harga Barang Impor: Melemahnya rupiah membuat harga barang-barang impor menjadi lebih mahal. Ini termasuk barang konsumsi, bahan baku industri, dan barang modal. Kenaikan biaya impor ini akan diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga jual yang lebih tinggi.
  • Tekanan pada Sektor Industri: Sektor industri yang bergantung pada bahan baku impor akan mengalami kenaikan biaya produksi. Ini dapat mengurangi margin keuntungan dan berpotensi menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi, termasuk pengurangan tenaga kerja.
  • Beban Utang Luar Negeri: Pemerintah Indonesia serta banyak perusahaan memiliki utang dalam denominasi dolar AS. Pelemahan rupiah akan meningkatkan beban pembayaran utang ini dalam rupiah, yang dapat menambah tekanan pada anggaran pemerintah dan perusahaan.
  • Inflasi: Kenaikan harga barang impor dan biaya produksi akan memicu inflasi. Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli masyarakat, terutama yang berpenghasilan tetap atau rendah.

Melansir kompas.com, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah dapat menguat seiring waktu. Namun, penguatan itu belum tentu terjadi. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah, seperti meningkatkan surplus ekspor, mengurangi impor, menurunkan inflasi, dan menurunkan suku bunga.

Ia menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur serta perbaikan transportasi dapat mempermudah rantai pasokan barang dan jasa. Hal ini akan membuat harga barang dan jasa menjadi lebih murah sehingga mencegah inflasi. [nadira]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic