trending

Sampai Kapan Musim Hujan 2025 Berlangsung? Ini Prediksi BMKG

Penulis Nadira Sekar
Feb 11, 2025
Foto: Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (dok. BMKG)
Foto: Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (dok. BMKG)

ThePhrase.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan di Indonesia akan berlangsung hingga Maret–April 2025, dengan puncaknya terjadi pada Februari.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa curah hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia pada Januari hingga Februari.

“Musim hujan diprediksi berakhir pada akhir Maret 2025. Sedangkan April masa peralihan ke musim kemarau. Curah hujan intensitas tinggi masih terjadi pada Januari hingga Februari ini di sebagian besar wilayah Indonesia,” ungkap Dwikorita.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang dinamis di berbagai daerah.

“Pola pergerakan cuaca berpindah-pindah, misalnya dari Pulau Sumatera, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, lalu kembali lagi ke Jakarta. Jadi, pola pergerakannya tidak tetap,” imbuh Dwikorita 

Ia mengimbau masyarakat agar rutin memantau prakiraan cuaca melalui situs resmi BMKG http://www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi InfoBMKG. Informasi ini penting untuk membantu masyarakat menyesuaikan aktivitas sehari-hari dengan kondisi cuaca yang bisa berubah dengan cepat.

“Masyarakat perlu tetap siaga dan rutin memantau perkembangan informasi BMKG karena dinamika cuaca sangat cepat berubah. Ini penting agar bisa mengatur rencana aktivitas harian,” katanya.

Sebelumnya, BMKG melaporkan bahwa saat ini Indonesia tengah dikepung oleh dua bibit siklon tropis aktif yang berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap cuaca di berbagai wilayah. 

Berdasarkan analisis terbaru BMKG per 2 Februari 2025, teridentifikasi dua bibit siklon tropis aktif yang berada di sekitar wilayah selatan Indonesia, yaitu Bibit Siklon 99S yang tumbuh di Samudra Hindia selatan Banten dan Bibit Siklon 90S yang tumbuh di selatan Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Sementara itu, Bibit Siklon 96P, yang sebelumnya terbentuk di sekitar Teluk Carpentaria, kini telah melemah menjadi sirkulasi tekanan rendah di daratan Australia. Meski sudah meluruh, fenomena ini masih berkontribusi dalam membentuk pola cuaca di Indonesia.

“Kehadiran dua bibit siklon tropis yang masih aktif dan satu bibit siklon yang telah meluruh tersebut cukup meningkatkan kondisi dinamika atmosfer pada periode puncak musim hujan saat ini. Kombinasi antara bibit siklon, fenomena La Niña lemah, Monsun Asia, Seruak Udara Dingin dari Dataran Tinggi Siberia, dan aktivitas gelombang atmosfer, serta Madden Julian Oscillation (MJO) akan meningkatkan risiko cuaca ekstrem di banyak wilayah Indonesia,” pungkas Dwikorita. [nadira]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic