leader

Sayuti Melik, Pengetik Naskah Proklamasi Indonesia

Penulis Firda Ayu
Aug 20, 2022
Sayuti Melik, Pengetik Naskah Proklamasi Indonesia
ThePhrase.id – 17 Agustus 1945 dikenal dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal tersebut, Bapak Proklamator Bangsa, Soekarno - Hatta membacakan Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik dan ditandatangani oleh Bapak Proklamator tersebut.

Siapakah Sayuti Melik, pengetik naskah proklamasi Indonesia ini?

Mohamad Ibnu Sayuti atau lebih dikenal dengan Sayuti Melik lahir pada 22 November 1908 dan dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan. Ia merupakan anak dari Abdul Mu’in alias Partoprawito yang merupakan seorang bekel jajar atau kepala daerah Sleman, Yogyakarta.

Dilansir dari berbagai sumber, Sayuti Melik mengenyam pendidikan mulai dari Sekolah Ongko Loro atau sekolah setingkat SD hinga kelas 4 di Desa Srowolan. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya sampai lulus di Yogyakarta.

Sayuti Melik (Foto: historia.id


Sayuti kecil sudah mengenal nasionalisme sejak kecil dengan memegang semboyan “belajar sambil berjuang” dan belajar dari ayahnya. Sebagai kepala daerah, ayah Sayuti Melik menolak kebijakan Belanda yang ingin menggunakan sawahnya untuk ladang tembakau.

Ia juga belajar nasionalisme dari guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, H. A. Zurink pada tahun 1920 hingga tertarik membaca majalah Islam Bergerak dengan pimpinan K.H. Misbach.

Dari majalah ini, Sayuti belajar mengenai Marxisme, yang dipandang sebagai ideologi perjuangan untuk menentang penjajahan. Ia bertemu pertama kali dengan Bung Karno di Bandung pada 1926.

Sayuti Melik juga sering menulis mengenai politik hingga ia berkali-kali ditahan olehSayur Belanda. Sayuti sempat dituduh membantu PKI pada tahun 1926 hingga dibuang ke Boven Digul oleh Belanda pada tahun 1927-1933.

Ia kembali ditangkap oleh Inggris pada tahun 1936 dan dipenjara di Singapura selama setahun. Selepas diusir dari wilayah Inggris, Sayuti kembali ditangkap oleh Belanda dan dimasukkan ke sel di Gang Tengah, Jakarta pada tahun 1937 hingga 1938.

Sepulangnya dari pembuangan, Sayuti bertemu dengan Soerastri Karma Trimurti yang merupakan wartawati dan aktivis perempuan dan terlibat di berbagai kegiatan pergerakan bersama. Sayuti Melik dan SK Trimurti akhirnya menikah pada 19 Juli 1938.

Ia dan Trimurti kemudian mendirikan koran Pesat di Semarang dan harus mengurusi urusan percetakan hingga distribusi dan penjualan. Pasangan suami istri ini juga berulang kali keluar masuk penjara akibat tulisan mereka yang mengkritik tajam pemerintahan Hindia Belanda.

Koran Pesat diberedel Jepang tahun 1942 dan Trimurti ditangkap hingga Sayuti dicurigai sebagai Komunis. Ia dan Trimurti kemudian dibawa oleh Soekarno ke Jakarta pada 1943 untuk bekerja di Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dan Sayuti terus berada di sisi Bung Karno.

Sayuti merupakan anggota PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Sayuti juga termasuk dalam kelompok Menteng 31 atau golongan muda dalam Peristiwa Rengasdengklok yang menjadi kunci peristiwa kemerdekaan Indonesia.

Sayuti Melik, Pengetik Naskah Proklamasi


Pengetikan naskah proklamasi oleh SayutiMelik ditemani BM Diah (Foto: twitter/Kemdikbud_RI)


Naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta dan Achmad Subarjo di rumah Laksamana Muda Maeda dengan wakil para pemuda, Sukarni dan Sayuti Melik. Setelah naskah ini selesai dibacakan di hadapan para hadirin, para pemuda menolaknya karena naskah proklamasi terkesan dibuat oleh Jepang.

Sayuti lantas memberi gagasan agar Teks Proklamasi ditandatangani Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Usul ini disetujui dan Bung Karno kemudian memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi ini.

Setelah Indonesia merdeka, Sayuti tetap berkiprah di dunia politik dengan menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), anggota MPRS dan DPR-GR sebagai Wakil dari Angkatan ’45 hingga menjadi Wakil Cendikiawan.

Sayuti Melik meninggal pada 27 Februari 1989 karena sakit dan dimakamkan di TMP Kalibata. Semasa hidup ia pernah mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Tingkat V (1961) dari Presiden Soekarno dan Bintang Mahaputera Adipradana (II) dari Presiden Soeharto (1973). [fa]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic