ThePhrase.id - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan seluruh pemimpin di dunia untuk tidak bermain-main dan menyalahgunakan kekuasaan, karena dapat menyebabkan runtuhnya peradaban.
Hal tersebut disampaikan SBY dalam pidato peradaban bertema World Disorder and The Future of Our Civilization di acara Institute Peradaban, yang digelar di Jakarta, Rabu (30/7).
“Ini tentu mengingatkan para pemimpin dunia, baik pemimpin politik, pemimpin bisnis, maupun pemimpin apa pun, (untuk) jangan bermain-main dengan kekuasaan, jangan menyalahgunakan kekuasaan. Ingat, power tends to corrupt (kekuasaan cenderung merusak),” ujar SBY.
Dalam pernyataannya itu, SBY menyoroti pendapat Yuval Harari dalam bukunya yang berjudul Homo Deus dan 21 Lessons for 21st Century, yang menyebut bahwa peradaban modern tengah menghadapi tantangan yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Tantangan tersebut meliputi kecerdasan buatan, disinformasi digital, dan berbagai ancaman seperti krisis iklim dan senjata biologis.
Ia menekankan bahwa para pemimpin dunia harus cukup bijak mengenai bagaimana menggunakan kekuatan serta mengontrolnya, agar tidak keliru dalam penggunaannya.
SBY juga mengemukakan pendapat dari sejarawan sekaligus bapak sosiologi Islam, yakni Ibnu Khaldun, bahwa masa keemasan peradaban selalu berganti dengan masa kemunduran ketika kekuasaan tidak lagi dilandasi moralitas dan tanggung jawab.
“Dalam konteks inilah muncul keprihatinan bahwa kadang kala, yang memegang kekuasaan belum pernah belajar bagaimana menjadi warga yang taat,” imbuh SBY.
“Pemimpin yang baik, ketika dipimpin juga harus menjadi warga yang baik,” tambahnya.
Mantan Presiden periode 2004-2014 itu juga sempat menyinggung adanya negara kuat yang mengalami keruntuhan, karena pemimpinnya meletakkan dirinya di atas pranata hukum.
“Satu abad terakhir, kita kerap menyaksikan, negara kuat jatuh lantaran pemimpinnya meletakkan dirinya di atas pranata hukum, di atas sistem yang adil, dan di atas kesetiaan sejati terhadap negara dan rakyatnya,” tukas SBY.
SBY menilai sejarah dan pemikiran para tokoh peradaban dapat menjadi pelajaran penting, bahwa daya tahan peradaban bukan ditentukan oleh kejayaan atau senjata, tetapi oleh kematangan nilai, ketangguhan sosial, dan kapasitas untuk beradaptasi secara cerdas dan bermoral.
“Mereka yang bertahan bukanlah yang paling kuat secara fisik, tapi yang paling mampu mengelola perubahan,” tandasnya. (Rangga)