trending

Sedang Terjadi di Indonesia, Apa Itu Kemarau Basah?

Penulis Nadira Sekar
May 30, 2025
Foto: Ilustrasi Kemarau Basah (freepik.com photo by wirestock)
Foto: Ilustrasi Kemarau Basah (freepik.com photo by wirestock)

ThePhrase.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa sejumlah wilayah di Indonesia tengah mengalami fenomena kemarau basah yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kemarau basah?

Mengutip detikNews, kemarau basah merupakan kondisi di mana hujan masih kerap turun meski sedang berada di musim kemarau. Fenomena ini ditandai dengan curah hujan yang berada di atas normal, sehingga berbeda dari karakteristik musim kemarau yang biasanya kering dan panas.

Kemunculan kemarau basah bisa dipicu oleh berbagai faktor dinamika atmosfer, baik regional maupun global. Beberapa di antaranya adalah suhu permukaan laut yang menghangat, angin monsun yang masih aktif, serta keberadaan fenomena La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif, yakni perbedaan suhu laut antara wilayah barat dan timur Samudra Hindia yang turut memengaruhi pola cuaca di Indonesia.

Dampak Kemarau Basah

Melansir idntimes.com, kemarau basah memberikan dampak nyata pada sejumlah sektor, terutama pertanian. Para petani sangat bergantung pada prediksi musim untuk menentukan waktu tanam dan panen. Ketika hujan turun di luar perkiraan, risiko gagal panen serta serangan hama dan penyakit tanaman bisa meningkat. Oleh sebab itu, BMKG menyarankan para petani untuk menyesuaikan jadwal tanam dan memilih jenis tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi lembap.

Selain sektor pertanian, kemarau basah juga berpotensi menimbulkan genangan air hingga banjir lokal, khususnya di daerah yang memiliki sistem drainase yang belum optimal.

Di sektor energi dan pengelolaan air, curah hujan yang tidak menentu dapat menyulitkan perencanaan pengisian waduk. Hal ini berdampak pada pasokan air untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan irigasi lahan pertanian. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengelolaan air yang lebih fleksibel selama musim kemarau berlangsung.

BMKG juga turut mengingatkan akan dampak kemarau basah terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Meskipun hujan masih turun, kualitas udara di kawasan perkotaan menurun akibat polusi yang terperangkap dalam kelembapan tinggi. 

Selain itu, suhu yang tinggi disertai kelembapan udara dapat menurunkan tingkat kenyamanan masyarakat. Kondisi ini juga dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia, termasuk risiko dehidrasi, infeksi kulit, dan penyakit pernapasan. [nadira]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic