Serangan Udara Israel di Kota Gaza (16/5) (Foto: Mohammed Abed/AFP)
Thephrase.id - Konflik antara Palestina dan Israel kembali memanas, diwarnai oleh peledakan, tembakan serta serangan rudal. Konflik diawali bentrokan antara warga Palestina di Masjid Al Aqsa dengan polisi Israel yang menjaga ketat wilayah tersebut pada Senin (10/5). Polisi Israel menyerang warga menggunakan peluru karet dan granat kejut serta gas air mata.
Melansir Al-Jazeera, hingga Sabtu (15/5) pagi, setidaknya terdapat 137 warga tewas dan 920 orang cedera akibat serangan udara dan peluru oleh tantara Israel. Pada siang harinya, gedung kantor berita internasional Al Jazeera serta biro The Associated Press (AP) pun diratakan dengan tanah akibat serangan udara oleh Israel.
Konflik Israel-Palestina memanas dilatarbelakangi Israel yang melakukan penggusuran paksa dengan tujuan untuk menduduki Skeikh Jarrah, yaitu Kawasan perumahan milik Palestina yang terletak di Yerusalem Timur.
Selama bertahun-tahun Palestina telah memberontak melawan kendali Israel atas West Bank (Tepi Barat), Gaza, dan Yerusalem Timur.
Mengapa Israel ingin menduduki tanah Palestina?
Dahulu orang Arab muslim, Arab Kristen dan Arab Yahudi telah tinggal bersama di Yerusalem. Yerusalem adalah tanah suci di mana suara azan, bunyi lonceng gereja, dan kidung-kidung Ibrani dapat terdengar bersamaan.
Yerussalem, tempat 3 agama hidup berdampingan. (Foto: Andrew Shiva / Wikipedia, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=30066666)
Masjid, Gereja, dan Tembok Ratapan yang merupakan tempat suci ketiga agama tersebut terletak berdekatan. Perbedaan dalam keyakinan tersebut bukan menjadi masalah dan mereka hidup berdampingan dan menghormati satu sama lain.
Namun, setelah terjadinya Holokaus, yaitu penyiksaan dan pembantaian terhadap orang Yahudi oleh rezim Nazi, orang Yahudi pun harus mengungsi. Kemudian Palestina lah negara yang paling banyak menerima orang Yahudi untuk bermukim sementara untuk berlindung.
Seiring dengan makin buruknya situasi antisemitisme, atau kebencian dengan penganiayaan terhadap kaum Yahudi di Eropa, tumbuh gerakan nasionalis yang disebut zionisme oleh kaum Yahudi. Gerakan ini muncul di abad ke-19 dan menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk migrasi ke tanah Palestina dengan dalih bahwa tanah tersebut merupakan milik para ayah dan kakek-nenek Yahudi terdahulu. Pengikut gerakan ini menolak adanya integrasi kaum Yahudi dengan kaum lain untuk bisa benar-benar membebaskan diri mereka dari antisemitisme yang terjadi.
Warga Palestina salat Idul Fitri di antara reruntuhan bangunan. (AFP PHOTO/MAHMUD HAMS)
Kemudian Pemerintah Inggris saat Perang Dunia I membagi tanah Palestina untuk Yahudi Eropa. Hal ini bertujuan untuk menghapus adanya kaum Yahudi di Eropa. Namun, keputusan ini dibuat tanpa adanya pembicaraan dengan Lembaga Internasional PBB, negara-negara liga Arab sekitar, bahkan negara Palestina itu sendiri.
Sementara, perdamaian dapat terjadi setelah pembagian lahan tersebut. Namun para penganut Zionisme ingin mendapatkan tanah yang lebih. Kemudian pemerintah Inggris kembali lagi mengontrol dan membagi tanah Palestina dengan Yahudi. Dalam keputusan ini, kaum Zionis mendapatkan sumber daya agrikultur, teknologi, transportasi, dan lain-lain yang merugikan Palestina.
Palestina kemudian tidak diberikan sumber daya, rumah-rumahnya pun diduduki secara illegal oleh para Zionis. Pada tahun 1948, ketua organisasi dunia Zionis bernama David Ben-Gurion memproklamasikan kemerdekaan negara penganut zionisme tersebut yang dinamakan Israel.
Korban akibat konflik Israel dan Palestina dari tahun ke tahun. (Gambar: statista)
Sejak saat itulah serangan Israel untuk menduduki Palestina terus berlanjut. Hamas, kelompok militan Palestina yang berada di jalur Gaza pun tak tinggal diam. Selama bertahun-tahun, Hamas telah melakukan perlawanan terhadap Israel. Nama Hamas sendiri merupakan akronim dari Harakat al-Muqawama al-Islamiya atau Arab untuk Gerakan Perlawanan Islam.
Tanpa adanya negara-negara lain yang bersikap tegas atas konflik ini, konflik Palestina-Israel pun terus berlanjut.
Presiden Joko Widodo (Foto: twitter.com/jokowi)
Indonesia di bawah Pemerintahan Presiden Joko Wjdodo menyerukan agar Israel menghentikan serangan kepada Palestina dan meminta kedua belah pihak mengambil jalan damai.
Turki di bawah kepemimpinan Erdogan juga menjadi salah satu negara yang memberikan pernyataan tegas bahwa Turki tidak akan menerima penganiayaan Israel bahkan jika seluruh dunia mengabaikannya. Erdogan pun menyerukan kepada dunia untuk melawan serangan Israel terhadap Palestina.
Presiden Erdogan (Foto: middleeastmonitor.com [Mustafa Kamacı/Anadolu Agency])Demonstrasi mendukung Palestina juga banyak bermunculan di Amerika dan Eropa. Perdamaian antar kedua negara diharapkan bisa segera terwujud secara permanen. (Nadia)