ThePhrase.id - Sejarah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia ditandai dengan adanya beberapa cagar budaya, seperti Rumah Pengasingan Ir. Soekarno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Peristiwa pengasingan tersebut terjadi pada tahun 1933, saat Ir. Soekarno masih mengusahakan kemerdekaan Indonesia.
Dalam peristiwa tersebut, Ir. Soekarno kembali ditangkap oleh seorang komisaris polisi saat keluar dari rumah Muhammad Husni Thamrin. Ia dipenjara selama delapan bulan tanpa proses pengadilan.
Lalu pada 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge mengeluarkan surat keputusan pengasingan Ir. Soekarno ke Ende. Ia diasingkan bersama keluarganya dan menuju Flores menggunakan kapal barang KM van Riebeeck.
Sesampainya di Flores, Ir. Soekarna bersama keluarganya dibawa ke rumah pengasingan milik Haji Abdullah Amburawu yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja.
Pengasingan ini merupakan salah satu upaya untuk menjauhkan Soekarno dari kerumunan massa dan menghindarinya untuk menyampaikan pidato. Pembatasan tersebut dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda secara ketat yang mengakibatkan Bung Karno bangkit untuk melawan. Ia pun mulai rajin mendatangi kampung-kampung di Ende, menyapa warga dan mengunjungi Danau Kelimutu yang kemudian melahirkan naskah drama “Rahasia Kelimutu”.
Pulau Ende dan rumah milik Haji Abdullah Amburawu menjadi saksi perjuangan Bung Karno atas kemerdekaan Indonesia dan terbentuknya dasar negara yaitu Pancasila. Melansir Direktorat Pelindungan Kebudayaan, salah satu situs yang hingga saat ini masih dilestarikan adalah taman yang menjadi tempat Bung Karno merenungkan dasar negara Indonesia. Taman tersebut kini diberi nama Taman Perenungan Bung Karno.
Kala itu, pengasingan Bung Karno cukup lama yang di mulai dari t 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Selama empat tahun berada di tempat itu, Bung Karno lebih berpikir jernih dan mulai mempelajari banyak hal mulai dari memperdalam agama Islam, belajar pluralisme, melukis hingga menulis drama pementasan.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, ia sering kali berjam-jam merenung di bawah pohon sukun di taman tersebut. Tempat itu menjadi tempat kelahiran butir nilai kehidupan dalam Pancasila, itulah mengapa Kota Ende disebut sebagai Kota Pancasila.
Setelah menghabiskan waktu selama empat tahun di Ende, Bung Karno akhirnya dipindahkan ke Bengkulu pada tahun 1938 untuk diasingkan lagi selama empat tahun sampai tahun 1943.
Perjalanan perjuangan Bung Karno dalam kemerdekaan Indonesia sangat panjang, rumah-rumah pengasingan yang sempat ditinggalinya menjadi saksi sejarah dan mempunyai arti khusus bagi Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Ir. Soekarno mengunjung Ende untuk pertama kalinya setelah merdeka pada tahun 1951.
Dalam kunjungannya ia menyatakan ingin menjadikan rumah pengasingan Ende menjadi museum, lalu pada tahun 1954, Ir Soekarno meresmikan rumah tersebut menjadi Rumah Museum.
Hingga saat ini, rumah tersebut masih terawat dan terjaga, berisikan perabotan hingga barang-barang milik Ir. Soekarno yang tersimpan, termasuk karya-karya lukisan hingga koleksi buku.
[Syifaa]