sport

Sekelumit Masalah di Piala Dunia Antarklub 2025: Lapangan Lompat, Cuaca Mendidih, dan Masa Depan yang Terancam

Penulis Rangga Bijak Aditya
Jun 25, 2025
Pemain cadangan Borussia Dortmund memilih untuk berada di ruang ganti di Piala Dunia Antarklub 2025. Foto X Borussia Dortmund.
Pemain cadangan Borussia Dortmund memilih untuk berada di ruang ganti di Piala Dunia Antarklub 2025. Foto X Borussia Dortmund.

ThePhrase.id - Piala Dunia Antarklub 2025 di Amerika Serikat belum berakhir, tapi berbagai keluhan sudah membanjiri penyelenggara. Mulai dari kualitas rumput yang dipakai, hingga panas ekstrem yang mengganggu ritme pertandingan.

Semuanya menyisakan tanda tanya besar terhadap kesiapan Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026 kurang dari setahun lagi.

Manajer Paris Saint-Germain, Luis Enrique, menjadi salah satu yang paling vokal. Seusai timnya mengalahkan Seattle Sounders 2-0 di Lumen Field, ia menyebut kondisi lapangan seperti "bola melompat seperti kelinci". Kalimat itu menggambarkan betapa buruknya permukaan yang digunakan.

Lumen Field sejatinya merupakan markas tim NFL Seattle Seahawks dan tim MLS Seattle Sounders. Untuk keperluan turnamen, rumput sintetis diubah menjadi rumput hibrida. Namun menurut Enrique, permukaannya tetap tak layak untuk turnamen yang disebut FIFA sebagai "kompetisi klub paling elite di dunia".

"Saya tidak bisa membayangkan lapangan NBA penuh lubang. Yang saya pedulikan adalah kualitas lapangan pertandingan. Bola memantul liar, tidak seperti biasanya," ujar Enrique.

Juara Liga Champions 2024-2025 itu bahkan mengaku harus menyesuaikan gaya bermain mereka sejak tiba di Amerika Serikat. Menurutnya, jenis rumput, tingkat kelembapan, dan penyiraman yang tidak maksimal membuat permainan PSG tidak berjalan semulus biasanya.

"Lumen Field contohnya. Dulunya rumput buatan, kini rumput alami yang disiram manual. Tapi hanya dalam 10 menit, lapangan kembali kering. Ini bukan kondisi ideal," tambahnya.

Keluhan soal lapangan tak hanya datang dari PSG. Gelandang Real Madrid, Jude Bellingham, juga mengkritik keras kondisi rumput seusai timnya mengalahkan Pachuca 3-1. "Bola nyaris tidak memantul, sangat sulit dikendalikan, dan ini memberatkan lutut," ucapnya.

Dari lima stadion yang digunakan saat Piala Dunia Antarklub 2025, semuanya biasa digunakan oleh tim NFL dan sebelumnya memakai rumput buatan. Untuk Piala Dunia 2026, FIFA telah mewajibkan penggunaan rumput alami, tapi pengalaman di turnamen ini menimbulkan keraguan.

Masalah lapangan bukan yang pertama kali terjadi di AS. Pada Copa America 2024 lalu, kiper Argentina Emiliano Martinez menyebut lapangan di Mercedes-Benz Stadium sebagai "bencana". Pihak CONMEBOL membantah, tapi kritik tetap berdatangan.

Masalah lain yang tak kalah mencolok di Piala Dunia Antarklub 2025 adalah cuaca panas ekstrem. Suhu menyentuh 36-37 derajat celsius di beberapa lokasi pertandingan, memaksa pemain dan ofisial bertindak di luar kebiasaan.

Contohnya datang dari Borussia Dortmund. Dalam laga melawan Mamelodi Sundowns, para pemain cadangan memilih menonton babak pertama dari ruang ganti ketimbang duduk di bawah terik matahari.

"Belum pernah kami alami sebelumnya, tapi di cuaca seperti ini, itu keputusan masuk akal," tulis Dortmund dalam media sosial.

Pelatih Borussia Dortmund, Niko Kovac, bahkan menyebut kondisi di stadion TQL seperti sauna. Mereka mempersiapkan stik pendingin, AC portabel, dan strategi khusus untuk mengurangi beban panas pada pemain.

FIFA memang sudah punya protokol, cooling break akan diberikan jika suhu indeks Wet Bulb Globe melebihi 89,6 derajat Fahrenheit. Tapi jeda minum tak cukup untuk mencegah risiko dehidrasi, kram, bahkan heatstroke.

Manajer Chelsea, Enzo Maresca, juga mengeluhkan suhu tinggi di Philadelphia. Mereka bahkan terpaksa mempersingkat sesi latihan. "Kami tak ingin cari alasan, tapi kenyataannya memang panas luar biasa. Kami hanya berusaha bertahan," tegasnya.

Fenomena "heat dome" atau kubah panas saat ini menyelimuti sebagian besar wilayah Amerika Serikat bagian timur dan tengah. Suhu bisa mencapai lebih dari 37°C saat pertandingan berlangsung. Di Nashville, beberapa suporter menonton setengah telanjang sambil mencari bayangan dari tribun.

Selain panas, badai petir juga mengacaukan jadwal. Lima pertandingan harus ditunda karena cuaca ekstrem. Kombinasi panas dan badai menjadi mimpi buruk yang menghantui pelaksanaan turnamen. (Rangga)

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic