ThePhrase.id - Sebuah studi baru yang dirilis oleh jurnal PLOS Biology mengungkap bahwa sekitar 65 persen spesies asli Antartika diprediksi akan punah pada akhir abad ini jika dunia terus berjalan seperti biasa dan gagal mengendalikan pemanasan global.
Foto: Ilustrasi Penguin (freepik.com photo by wirestock)
Studi tersebut juga menunjukan bahwa upaya konservasi yang kini tengah dilakukan di Antartika tidak cukup.
“Antartika tidak berkontribusi terhadap perubahan iklim; tidak ada banyak orang yang tinggal di sana, jadi ancaman terbesar bagi benua datang dari luar benua, ” ujar salah satu peneliti, Jasmine Lee dilansir dari CNN.
Hilangnya lapisan es di lautan mengancam beberapa spesies burung laut, seperti Emperor Penguin dan penguin Adelie, yang bergantung pada lapisan es dari bulan April hingga Desember untuk bertelur. Jika es mencair lebih awal atau membeku di akhir musim karena kenaikan suhu, penguin akan kesulitan menyelesaikan siklus reproduksinya.
Lapisan es laut di Antartika dilaporkan telah mengalami penurunan lebih cepat daripada beberapa dekade sebelumnya. Data dari Pusat Data Salju dan Es Nasional AS pada bulan Februari tahun ini menunjukkan cakupan es laut Samudra Selatan telah turun di bawah 2 juta kilometer persegi untuk pertama kalinya sejak pengukuran satelit dimulai lebih dari 40 tahun lalu.
“Spesies ikonik ini, seperti penguin Emperor dan penguin Adélie, berada dalam bahaya dan sangat menyedihkan memikirkan bahwa Antartika yang merupakan salah satu daerah natural besar terakhir di planet ini harus merasakan dampak manusia,” kata Lee.
Apa yang harus dilakukan?
Jasmine Lee mengatakan bahwa ancaman punah terhadap spesies Antartika dan ekosistemnya masih tidak dipahami secara luas di kalangan pembuat kebijakan. Menemukan dana untuk konservasi juga menjadi tantangan.
Tetapi penelitian tersebut menjabarkan beberapa langkah yang sebenarnya hemat biaya, dengan perkiraan biaya $1,92 miliar selama 83 tahun ke depan, atau sekitar $23 juta per tahun, sebagian kecil dari ekonomi global.
Strategi ini termasuk meminimalkan dan mengelola aktivitas manusia, transportasi dan infrastruktur baru, serta melindungi spesies asli sekaligus mengendalikan spesies dan penyakit non-asli yang masuk ke wilayah tersebut.
Anggaran ini juga mencakup kebijakan eksternal, seperti mencapai tujuan iklim internasional yang lebih luas di bawah Perjanjian Paris 2015, yang bertujuan untuk mengurangi emisi planet dan mencegah kenaikan suhu global.
“Kita berada di titik balik yang sangat besar tidak hanya untuk Antartika, tetapi secara global, dalam hal iklim. Kami memiliki kesempatan untuk menghentikannya dan jika kami tidak melakukan sesuatu sekarang, maka dampaknya akan jauh lebih buruk daripada yang bisa terjadi,” ujar Lee. [nadira]