ThePhrase.id – Dengan menurunnya level PPKM dari level 4 menjadi level 3, DKI Jakarta sudah mulai melaksanakan sekolah tatap muka sejak hari Senin (30/8/2021). Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas tahap 1 ini telah dilaksanakan oleh 610 sekolah di Jakarta.
Beberapa epidemiolog pun angkat bicara mengenai kebijakan pelaksanaan sekolah tatap muka tersebut.
Tanggapan pertama datang dari Dicky Budiman, epidemiolog Griffith University Australia. Dilansir dari Kontan.co.id, ia mengatakan ada beberapa hal yang harus dilakukan sekolah saat belajar tatap muka.
Dicky Budiman, epidemiolog Griffith University Australia (Foto: Rakyat Merdeka)
Pertama, fokus dengan mengamankan anak-anak sekolah saat belajar. Kedua, mulai beradaptasi dari regulasi lama ke regulasi baru, seperti pemberian materi pembelajaran apa saja yang dibutuhkan pada anak sekolah. Jika materi pembelajaran perlu untuk disampaikan secara offline, maka proses pengajaran harus dipantau dengan baik. Namun jika tidak terlalu penting, saat ini lebih baik dilakukan secara online saja.
Ketiga, melakukan evaluasi berskala dari hari ke hari, sehingga setiap sekolah memiliki cara yang tepat untuk memberi ajaran kepada anak-anak di masa pandemi Covid-19. Keempat, masa belajar anak sekolah durasi belajarnya harus dibatasi.
Selain memberikan saran terkait cara pelaksanaan sekolah tatap muka, Dicky juga mengungkapkan mengenai kelayakan siswa yang harus diizinkan untuk tetap bersekolah online.
“Untuk murid sekolah yang beresiko tinggi memiliki penyakit parah, maka harus diberi ajaran belajar melalui virtual atau online,” ujar Dicky.
Dicky juga mengatakan bahwa selama pelaksanaan sekolah tatap muka, setiap sekolah di seluruh Indonesia harus melakukan pembenahan pada ruang belajar serta menyiapkan pemandu seperti Satgas Covid-19, dokter, maupun perawat dan puskesmas untuk menangani keperluan medis yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.
“Untuk sekarang sekolah-sekolah di seluruh Indonesia harus melakukan pembenahan di setiap sudut dan ruang agar memiliki ventilasi udara yang baik,” jelas Dicky.
dr. Yudhi Wibowo, pakar epidemiologi Unsoed Purwokerto (Foto: RRI)
Tanggapan lain soal pelaksanaan sekolah tatap muka juga datang dari dr. Yudhi Wibowo, pakar epidemiologi lapangan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.
Dilansir dari Antara, dr. Yudhi mengingatkan betapa pentingnya memperkuat upaya pengurangan risiko atau mitigasi untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Menurut Yudhi, pelaksanaan PTM terbatas harus berjalan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat, sesuai dengan rekomendasi dari WHO. Yudhi menegaskan, ada 2 hal yang menjadi pertimbangan penting dan mendasar dalam pelaksanaan PTM terbatas, yaitu pertama, keselamatan peserta didik merupakan hal utama yang perlu diperhatikan. Kedua, kesejahteraan siswa dalam perkembangan fisik dan psikomotor serta mental siswa juga perlu diperhatikan.
“Untuk ini perlu dipastikan bahwa pelaksanaan PTM terbatas sudah sesuai dengan parameter kesehatan atau kondisi epidemiologi yang menunjukkan bahwa pandemi terkendali,” jelas Yudhi.
Yudhi menambahkan, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah mitigasi dan persiapan satuan pendidikan. Ada supervisi dari dinas terkait, dan harus mendapat izin serta rekomendasi dari Satgas Covid-19 di masing-masing wilayah dan tentunya rekomendasi dari pimpinan daerah.
Lalu jika semua persiapan telah dilakukan dengan matang dan simulasi juga telah dilaksanakan, maka PTM terbatas bisa dilaksanakan secara bertahap.
“Tentunya dilaksanakan bertahap dengan monitoring yang ketat sesuai ketentuan yang ada, selain itu juga perlu adanya respons cepat jika ternyata terdapat kasus positif Covid-19 selama proses PTM,” tandas Yudhi. [hc]