sport

Selamat Jalan, Kapten Son Heung-min: Dari Seoul ke London, Kini Menuju Hollywood

Penulis Ahmad Haidir
Aug 03, 2025
Foto: Instagram Son Heung-min
Foto: Instagram Son Heung-min

Thephrase.id - Ada momen ketika karier seorang pesepak bola berubah menjadi kisah pribadi yang menyentuh banyak orang. Bagi Son Heung-min, konferensi pers terakhir bersama Tottenham Hotspur di tanah kelahirannya, Korea Selatan, menjadi salah satu bab paling emosional dalam hidupnya.

Di hadapan media, ia menyampaikan keputusan yang mungkin sudah lama ia simpan, Son ingin pergi.

Bukan sekadar ingin pindah klub. Son berniat meninggalkan Tottenham dengan kepala tegak dan hati penuh. Setelah 10 tahun, 454 penampilan, 173 gol, dan 101 assist, sang kapten merasa waktunya telah tiba untuk tantangan baru.

Ia tidak menyebutkan ke mana akan melangkah, tetapi rumor menyebut Los Angeles FC sebagai pelabuhan barunya.

Son menyampaikan keputusannya dengan nada tenang, namun penuh makna. "Saya hanya ingin berbagi informasi bahwa saya telah memutuskan untuk meninggalkan klub musim panas ini," tegas Son.

"Dengan hormat, klub membantu saya mewujudkan keputusan ini. Saya hanya ingin menyampaikannya sebelum kita mulai," sambungnya.

Di musim panas ini, Son mengonfirmasi bahwa dirinya sudah berbicara dengan pelatih anyar Thomas Frank dan manajemen Tottenham untuk menyatakan niatnya. Bagi pelatih asal Denmark tersebut, Son adalah satu-satunya pemain senior yang secara langsung mengutarakan keinginan untuk pergi.

Keputusan itu bukan sesuatu yang mudah. "Ini keputusan paling sulit sepanjang karier saya. Saya datang ke Tottenham saat masih berusia 23 tahun, masih belum bisa berbahasa Inggris. Sekarang, saya pergi sebagai pria dewasa," beber Son.

"Selama satu dekade, Son bukan hanya menjadi bintang Asia pertama yang menembus 100 gol di Premier League, tapi juga ikon global yang membuktikan bahwa bakat tak mengenal batas benua. Trofi Europa League 2024-2025 yang diraihnya bersama Tottenham pada Mei 2025 menjadi klimaks emosional dari perjuangannya.

"Saya pikir saya sudah mencapai segalanya di sini. Saya butuh lingkungan baru. Tantangan baru. Saya sangat bersyukur klub menghormati keputusan saya," ucap Son.

Dari semua tawaran yang datang, termasuk dari Liga Arab Saudi yang menjanjikan imbalan besar, Son tampaknya condong ke MLS.

Bukan hanya karena eks rekan setimnya Hugo Lloris ada di sana, tapi juga karena Los Angeles merupakan kota dengan komunitas Korea terbesar di Amerika Serikat. Baginya, itu bukan hanya tentang sepak bola, tapi tentang jati diri.

Laga melawan Newcastle United di Seoul bisa jadi akan menjadi pertandingan terakhir Son dalam balutan seragam putih Tottenham. Tiket sudah terjual habis. Sebanyak 66.000 pasang mata akan menjadi saksi bukan hanya pertandingan pramusim, tapi juga potensi akhir dari era seorang legenda.

Banyak yang menyayangkan kepergiannya, tak terkecuali rekan-rekan setimnya. Ia sempat berbicara dengan pemain-pemain terdekatnya, termasuk Ben Davies. Mereka kecewa, tapi mengerti. Sebagai kapten, Son lebih dari sekadar pemain, ia adalah panutan, saudara, dan figur ayah di ruang ganti.

"Saya tidak ingin menciptakan kegaduhan atau pengaruh negatif bagi pemain lain. Tapi tentu sulit menyembunyikan emosi ini," katanya. 

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic