Shinta Dhanuwardoyo: Perempuan yang Bawa Startup Lokal ke Silicon Valley

ThePhrase.id – Nama Shinta Witoyo Dhanuwardoyo mungkin sudah tak asing lagi bagi pelaku industri digital Indonesia. Dikenal dengan nama Shinta Bubu, ia menjadi salah satu pelopor dunia teknologi di tanah air yang telah membuktikan bahwa perempuan Indonesia mampu menembus panggung global, termasuk Silicon Valley.

Shinta lahir pada 18 Januari 1970 dan menghabiskan masa kecilnya di Manila, Filipina. Ia menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat, mengambil jurusan Arsitektur di Universitas Oregon sebelum melanjutkan ke jenjang MBA di Universitas Negeri Portland.

Di sanalah awal mula ketertarikannya pada dunia komputer muncul, ketika ia bekerja sebagai asisten di laboratorium komputer kampus. Meski latar belakangnya bukan teknologi murni, ketertarikan dan rasa ingin tahunya membawa Shinta ke jalur yang akan mengubah wajah industri digital Indonesia.

Pada tahun 1996, di tengah masa ketika internet masih menjadi hal yang asing di Indonesia, Shinta mendirikan Bubu.com—sebuah agensi desain web yang kemudian tumbuh menjadi agensi digital ternama di Indonesia. 

Di bawah kepemimpinannya, Bubu tidak hanya menyediakan layanan digital, tetapi berkembang menjadi Cultural Intelligence Agency yang menjangkau sektor gaming, riset, hingga konektivitas startup lewat platform StartupIndonesia.co.

Visi besar Shinta tidak berhenti pada agensi digital semata. Ia menggagas Bubu Award sejak 2001 sebagai bentuk apresiasi terhadap talenta lokal dalam bidang web design dan digital marketing. Tahun 2011, ia memperluas skala dampaknya melalui IDByte, konferensi teknologi digital bergengsi yang menghadirkan pembicara dari perusahaan raksasa dunia seperti Google, Twitter, Amazon, dan masih banyak lagi.

Tak hanya membangun Bubu, Shinta juga sempat menjabat sebagai CEO dan co-founder Plasa.com (kemudian menjadi Blanja.com), platform e-commerce besutan Telkom Indonesia yang berhasil menarik investasi dari eBay pada 2012. 

Setelah melepas jabatan tersebut pada 2010, ia melangkah lebih jauh ke dunia investasi dengan mendirikan Nusantara Ventures, firma venture capital yang mendukung startup tahap awal lewat pendanaan dan pendampingan.

Sebagai figur yang berperan besar dalam perkembangan startup di Indonesia, Shinta turut membentuk Silicon Valley Asia Technology Alliance (SVATA) dan meluncurkan AngelEQ Network, jaringan angel investor terkemuka di Indonesia. 

Melalui berbagai kiprahnya ini, Shinta berhasil terpilih masuk dalam daftar 99 Most Powerful Women versi Globe Asia, Most Influential versi Tatler Asia, hingga Inspiring Women Honor Roll versi Forbes Indonesia.

Kontribusinya di bidang teknologi semakin diperkuat ketika ia ditunjuk menjadi anggota Advisory Group on Digital Technology Development oleh Asian Development Bank di tahun 2023 hingga tergabung dalam Youth Advisory Board in Digitalization di bawah naungan United Nations Indonesia.

Selain itu, Shinta juga dipercaya menjadi Presiden Direktur PT. TODAK Nusantara Group, hasil kerja sama dengan TODAK Group Malaysia di bidang konten kreatif, game, fintech, dan pemberdayaan anak muda. Ia juga aktif dalam pembuatan kebijakan digital nasional sebagai Kepala Komite Tetap Riset dan Teknologi Sektor Digital di KADIN, jabatan yang telah diembannya selama lebih dari satu dekade.

Menariknya, kontribusi penuh makna Shinta ini banyak dipengaruhi oleh sosok neneknya, Supeni Pudjobuntoro, seorang diplomat perempuan tangguh yang pernah menjadi utusan khusus Presiden Soekarno dan memimpin delegasi Indonesia dalam Sidang Umum PBB tahun 1962.

Sosok Shinta bukan hanya membawa startup lokal menembus Silicon Valley, tetapi juga membuka jalan bagi generasi muda untuk bermimpi lebih tinggi. [fa]