ThePhase.id – Nama Marie Antoinette belakangan ini ramai dibicarakan di media sosial, terutama karena disamakan dengan Erina Gudono, istri dari Kaesang Pangarep. Lantas, siapa sebenarnya Marie Antoinette?
Marie Antoinette adalah ratu terakhir Prancis yang dikenal sebagai simbol kemewahan berlebihan dalam monarki. Ia sering dikaitkan dengan kutipan terkenal, “let them eat cake”. Kutipan tersebut adalah respon ratu saat mengetahui bahwa rakyatnya mengalami kelaparan dan tidak memiliki roti. Karena kue lebih mahal dari pada roti, hal itu menggambarkan betapa tidak sadarnya Marie Antoinette dari kenyataan kehidupan rakyat biasa. Meskipun begitu, kutipan tersebut masih diperdebatkan kebenarannya.
Bagi masyarakat Prancis, Marie Antoinette menjadi salah satu sosok yang memicu kerusuhan rakyat yang akhirnya menyebabkan Revolusi Prancis dan menggulingkan monarki pada tahun 1792. Sebagai ratu, ia dianggap tidak peka terhadap penderitaan rakyatnya yang sedang dilanda krisis ekonomi dan kelaparan.
Marie Antoinette lahir sebagai putri Austria dan merupakan istri Raja Louis XVI. Saudara laki-lakinya, Kaisar Joseph II, menggambarkannya sebagai sosok yang "jujur dan menyenangkan."
Namun, meski memiliki karakter yang baik, ia mengalami kesulitan besar dalam beradaptasi dengan adat istiadat Prancis setelah menikah dengan Dauphin Louis, pewaris takhta Prancis, saat berusia lima belas tahun.
Pada usia 18 tahun, ketika ia menjadi Ratu, Marie Antoinette kerap melakukan kesalahan, sering kali tanpa disengaja, yang secara bertahap merusak citranya di mata publik.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai sosok yang gemar bersosialisasi dan memanjakan dirinya dengan kemewahan. Salah satu tindakan yang paling kontroversial adalah ketika ia membangun sebuah peternakan tiruan di halaman istana Versailles.
Di sana, ia dan para pelayan wanitanya berpura-pura menjadi pemerah susu dan gembala, yang membuatnya terlihat tidak peduli terhadap penderitaan rakyat yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi yang sesungguhnya.
Surat kabar dan pamflet pada masa itu beredar dengan cepat untuk mengejek perilaku boros sang ratu, bahkan menyebarkan rumor dan tuduhan yang tidak berdasar, termasuk tuduhan perselingkuhan. Hal ini semakin memperburuk citranya di mata publik.
Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi oleh rakyat Prancis pada masa itu bukan sepenuhnya kesalahan Marie Antoinette, ia tetap menjadi simbol bagi para revolusioner. Ia dan lingkaran istananya dianggap mewakili segala yang salah dengan monarki Prancis—terlihat tidak peka, tidak terhubung dengan rakyat, tidak setia, dan hanya mementingkan diri sendiri.
Marie Antoinette akhirnya dieksekusi dengan guillotine pada tahun 1793, menjadikannya salah satu tokoh paling tragis dan ikonik dalam sejarah Prancis. Eksekusinya pada saat itu dilakukan untuk menghapus simbol-simbol monarki dan memperkuat Republik yang baru didirikan
Citra sebagai ratu yang tidak peduli dengan keadaan terus melekat pada dirinya, meskipun banyak catatan sejarah yang menunjukkan bahwa ia sebenarnya jauh lebih kompleks daripada gambaran yang diberikan oleh para pengkritiknya. [Syifaa]