lifestyle

Sorry Syndrome: Penyebab, Tanda, dan Cara Mengatasinya

Penulis Rahma K
Dec 03, 2022
Sorry Syndrome: Penyebab, Tanda, dan Cara Mengatasinya
ThePhrase.id – Pernahkah kamu bertemu seseorang yang kerap meminta maaf atas segala hal yang ia lakukan maupun yang ia tidak lakukan? Bisa jadi orang tersebut terkena sorry syndrome atau sindrom meminta maaf.

Istilah sorry syndrome mungkin belum terlalu umum dan masih awam di telinga sebagian orang. Apa ciri-cirinya, penyebnya, dan bagaimana cara mengatasinya? Biar gak penasaran lagi, yuk kepoin penjelasannya!

Pengertian Sorry Syndrome


Melansir tulisan dari psikolog Juliana Breines Ph.D. di laman Psychology Today, pada dasarnya, meminta maaf merupakan hal yang baik. Permintaan maaf yang tulus dapat menghilangkan permusuhan dan memperbaiki hubungan yang rusak.

Selain itu, meminta maaf juga menunjukkan rasa bersalah apabila memang melakukan salah, juga menunjukkan bahwa kamu adalah seseorang yang memiliki tata krama dan mengerti bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain.

Namun, meminta maaf biasa dan yang berlebihan adalah dua hal yang berbeda. Jika kamu merasa  terlalu banyak meminta maaf atas suatu hal atau terlalu sering meminta maaf atas sesuatu yang bahkan bukan kesalahanmu, ada baiknya kamu mulai menganalisis penyebabnya.

Ilustrasi. (Foto: pexels/Brett Jordan)


Apakah kamu meminta maaf untuk menghindari konflik? Terpengaruhi oleh seseorang untuk terus meminta maaf (guilt)? Dari dalam diri sendiri merasa sangat bersalah akan hal tersebut (regret)? Atau untuk mengurangi rasa cemas dan keraguan?

Ada baiknya juga kamu menganalisa apakah kebiasaan meminta maaf berlebih tersebut terjadi pada suatu situasi yang spesifik? Situasi spesifik yang berulang-ulang? Saat melakukan kegiatan tertentu? Atau hanya terjadi saat bersama orang-orang spesifik?

Penyebab Sorry Syndrome


Pertanyaan-pertanyaan untuk menganalisa tersebut dapat mengerucutkan penyebab dari sindrom yang kamu alami. Karena, penyebabnya bermacam-macam tergantung situasi masing-masing.

Namun, pada umumnya, meminta maaf yang berlebihan menandakan bahwa kamu merupakan pribadi yang memiliki self-esteem yang rendah, orang yang tidak percaya diri, atau bahkan membuat permintaan maaf tersebut terkesan tidak tulus karena terlalu sering diucapkan.

Dilansir dari laman klikdokter, penyebab pertama dari sorry syndrome ini adalah tidak percaya diri. Psikolog Ikhsan Bella Persada, mengatakan bahwa rasa tidak percaya diri bisa menjadi penyebab orang terlalu sering meminta maaf.

"Karena ketika menghadapi sesuatu permasalahan, dia cenderung mengucilkan diri sendiri sehingga menilai dirinya yang berbuat salah," jelas Ikhsan.

Selain itu, budaya tidak enakan atau rasa sungkan juga bisa menjadi alasannya. Hal ini terkadang mengarah pada perasaan perlu meminta maaf. Padahal, kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa. Hal ini turut didukung dengan self-esteem yang rendah.

Ilustrasi orang meminta maaf. (Foto: freepik/wayhomestudio)


Bisa jadi juga kamu berada di sebuah hubungan yang toksik atau tidak sehat. Di mana jika pasanganmu merasa salah, kamu lah yang meminta maaf karena dirimulah yang menyebabkan pasanganmu melakukan kesalahan tersebut. Padahal, ini tidak selalu jadi alasannya. Namun, dirimu sudah terbiasa sering meminta maaf.

Tanda-tanda Sorry Syndrome


Nah, tanda-tandanya antara lain adalah seperti:

  • Meminta maaf untuk hal-hal yang tidak dapat dikendalikan

  • Meminta maaf untuk tindakan hal tidak kamu lakukan

  • Meminta maaf kepada benda mati

  • Meminta maaf atas kegiatan normal sehari-hari kepada orang asing seperti melewati seseorang yang sedang duduk

  • Meminta maaf saat mencoba bersikap tegas

  • Meminta maaf atas tindakan orang lain


Cara mengurangi kecenderungan meminta maaf


Melansir tulisan Juliana Breines Ph.D. bertajuk When "I'm Sorry" Is Too Much, cara untuk mengurangi meminta maaf yang pertama adalah mengucapkan 'terima kasih' dibandingkan 'maaf'. Sebagi contoh adalah ketika kamu terlambat datang ke suatu tempat atau lupa melakukan sesuatu seperti menyuci piring, katakanlah terima kasih sudah menunggu atau terima kasih sudah melakukannya untukku daripada maaf.

Kedua, ada baiknya agar dirimu terlebih dahulu menghargai diri sendiri dan mengerti nilai dari diri sendiri. Sehingga, tidak merendahkan diri sendiri dengan selalu meminta maaf. Terima lah segala kekuranganmu, karena pada dasarnya semua orang memiliki kekurangan.

Dengan mengetahui nilai dari diri sendiri, maka seseorang tak akan dengan mudah 'diinjak-injak' dengan dipaksa merasa bersalah sehingga meminta maaf secara berlebihan. Ini berlaku pada sebuah hubungan yang toxic.

Ketiga, simpanlah permintaan maaf pada suatu hal yang memang benar-benar salah. Jangan meminta maaf untuk hal-hal kecil yang bukan kesalahanmu karena hal ini dapat membuat orang lain meremehkan permintaan maafmu. [rk]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic