ThePhrase.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia telah melaporkan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah masuk di Indonesia. Kasus subvarian tersebut ditemukan di Jakarta dan Bali.
Foto: Ilustrasi Vaksinasi Covid-19 (freepik.com photo by tirachardz)
Hingga 12 Juni 2022, Kemenkes melaporkan delapan orang yang telah terpapar, enam orang yang terinfeksi BA.5 dan dua orang terinfeksi BA.4.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap bahwa penularan BA.4 dan BA.5 menjadi salah satu penyebab kenaikan kasus Covid-19 di negara-negara Eropa serta beberapa negara Asia dan Amerika.
Budi juga mengatakan bahwa sebetulnya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah masuk ke Indonesia pada akhir Mei lalu. Namun, baru terdeteksi pertama kali pada 9 Juni 2022. Ia juga memastikan bahwa pihaknya akan memantau temuan subvarian Omicron tersebut untuk mengetahui dampak terdapat vaksinasi dan daya penularan.
Budi juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan terus menjalankan protokol kesehatan serta terus mempercepat vaksinasi booster.
"Tidak usah panik karena pasti masuk ke kita (BA.4 dan BA.5), di Singapura sudah masuk, tapi kita tetap pertama (vaksinasi) booster harus, kedua di ruangan padat pakai masker," ujarnya.
Gejala Omicron BA.4 dan BA.5
Subvarian BA.4 dan BA.5 sendiri pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan dan telah menyebar sejak Januari lalu ke berbagai negara. Meski menjadi varian yang dominan di Afrika Selatan, lonjakan infeksi tidak setinggi yang terlihat pada gelombang sebelumnya, mungkin karena kekebalan yang ada.
Namun demikian, varian ini mendorong peningkatan dalam kasus dan rawat inap, menunjukkan varian ini bisa lebih menular daripada Omicron BA.2. BA.4 dan BA.5 kini menyumbang 27,83 persen dari kasus secara global, dan variannya telah terdeteksi di setidaknya 53 negara.
Menurut dokter dan ahli, tidak ada gejala Covid-19 yang signifikan. Namun laporan keluhan terbanyak meliputi:
Demam
Batuk
Kehilangan Penciuman
Kelelahan
Rasa tidak enak
Umumnya, varian BA.4 dan BA.5 menyebabkan penyakit ringan tetapi berpotensi menyebar dalam jumlah besar karena, tidak seperti jenis Wuhan, yang mengendap di paru-paru, jenis yang lebih baru ini tampaknya menempel pada saluran hidung bagian atas. Gejala berat jarang terjadi tetapi mungkin terjadi, terutama pada mereka yang tidak divaksinasi. [nadira]