ThePhrase.id - Untuk pertama kalinya sejak satelit mulai mengamati Antartika hampir setengah abad yang lalu, lapisan es runtuh di bagian timur benua itu. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa lapisan es di Antartika hampir seukuran Los Angeles yang disebut sebagai lapisan es Conger hancur pada pertengahan Maret dalam beberapa hari setelah mengalami peningkatan suhu.
The icebergs in the ocean and reflected in the water (freepik.com photoby wirestock)
Catherine Colello Walker, seorang ilmuwan Bumi dan planet dari NASA dan Institut Oseanografi Woods Hole, memposting gambar gabungan yang dikumpulkan oleh satelit Landsat dan MODIS yang menunjukkan "keruntuhan total" lapisan es Conger Antartika timur pada 24 Maret lalu.
Melansir CNN.com, lapisan Es Conger yang menutupi sekitar 1200 kilometer persegi diperkirakan hancur pada 15 Maret 2022 lalu. Suhu di stasiun penelitian Concordia dilaporkan melonjak hingga minus-12 derajat Celcius, lebih dari 40 derajat lebih hangat dari biasanya. Sebelumnya, lapisan es Conger telah menyusut sejak pertengahan 2000-an, tetapi hanya secara bertahap hingga awal 2020.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS, perairan yang lebih hangat dikatakan telah melemahkan lapisan es yang terbentuk di lautan. Lapisan es tersebut berfungsi untuk membantu menahan aliran es di darat, sehingga saat lapisan es seperti Conger menyusut atau menghilang, es dari daratan dapat mengalir ke laut lebih cepat.
Matt King, yang memimpin Australian Centre for Excellence in Antarctic Science, mengatakan karena lapisan es mengambang, pecahnya lapisan es Conger dengan sendirinya tidak akan banyak mempengaruhi tingkat permukaan laut. Dia mengatakan bahwa untungnya gletser di belakang lapisan es Conger kecil, sehingga akan memiliki dampak kecil pada permukaan laut di masa depan.
Meski demikian, Antartika adalah tempat terdingin di Bumi, yang membuat peristiwa pemanasan baru-baru ini sangat mengkhawatirkan bagi banyak ilmuwan. Hanya sebulan yang lalu, data menunjukkan Antartika akan mencetak rekor sebagai tahun dengan tingkat es laut terendah.
“Kita akan melihat lebih banyak lapisan es pecah di masa depan dengan pemanasan iklim. Kita akan melihat lapisan es besar – jauh lebih besar dari yang ini pecah. Lapisan itu menahan banyak es, cukup untuk secara signifikan menaikkan permukaan laut global,” ujar Matt King.
Para ilmuwan saat ini justru sedang mengkhawatirkan gletser Thwaites, yang memiliki ukuran sebesar Florida dan dikenal sebagai gletser kiamat karena menyimpan cukup air. Jika gletser ini hancur, permukaan laut dunia bisa meningkat lebih dari setengah meter.
"Tingkat di mana lapisan es (Conger) pecah memperingatkan kita bahwa segala sesuatunya dapat berubah dengan cepat," tandas King.
"Emisi karbon akan berdampak di Antartika, dan Antartika akan menggigit garis pantai dunia lainnya lebih cepat dari yang kami harapkan," imbuhnya. [nadira]