ThePhrase.id – Angka populasi satwa liar kian merosot cepat. Menurut Wildlife Fund for Nature (WWF), organisasi konservasi independen terbesar di dunia, populasi satwa liar menurun sebanyak 68% dari tahun 1970 hingga 2016.
Penggundulan hutan dengan tujuan memberi ruang bagi lahan pertanian dan perkebunan dipercaya menjadi penyebab terbesar penurunan populasi satwa liar. Selain itu, perburuan dan perdagangan satwa liar disinyalir juga mempercepat merosotnya angka populasi satwa liar ini.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerja sama dengan para mitra menginisiasi pembangunan pusat penyelamatan satwa liar dilindungi yang diberi nama Sumatran Rescue Alliance (SRA).
Pembangunan SRA merupakan hasil sinergi antara KLHK melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatra Utara dan Balai KSDA Aceh, serta kerja sama dengan organisasi Orangutan Information Center (OIC).
SRA diresmikan pada Rabu, 12 Januari 2022 oleh Wakil Menteri (Wamen) LHK, Alue Dohong di Langkat, Sumatra Utara. Dalam peresmian ini, Wamen Alue Dohong mengapresiasi upaya perlindungan dan penyelamatan satwa di Sumatra Utara melalui terbangunnya SRA. Menurutnya, manusia memiliki tugas dan kewajiban untuk melindungi alam.
"Upaya ini merupakan wujud atas kewajiban kita sebagai manusia untuk melindungi alam, saling eksis dan hidup berdampingan dengan satwa, karena tanpa satwa-satwa tersebut maka ekosistem akan terganggu, dan berpotensi memunculkan konflik antar manusia dengan satwa," ungkap Alue Dohong.
Pusat penyelamatan satwa liar ini mulai dibangun pada tahun 2020, di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Panut Hadisiswoyo selaku Steering Commitee SRA mengungkap bahwa pihaknya sangat mendukung program pemerintah untuk melindungi dan menyelamatkan satwa liar yang dilindungi di Indonesia.
Sebagai pusat penyelamatan satwa liar, SRA bekerja sama dengan Balai Besar KSDA Sumatra Utara melakukan penyelamatan satwa mulai dari penampungan, rehabilitasi serta habituasi untuk reintroduksi kembali ke alam liar.
SRA, nantinya akan beroperasi sebagai pusat penyelamatan orangutan, beruang, dan primata yang dilindungi. Tercatat SRA telah berhasil menyelamatkan beberapa satwa liar antara lain, 4 Owa ungko (Hylobates agilis), 1 Owa sarudung (Hylobates lar), 14 Siamang (Symphalangus syndactylus), 2 orangutan (Pongo abelii), serta 3 beruang madu (Helarctos malayanus).
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik KLHK, Indra Eksploitasia mengungkap bahwa hadirnya SRA menambah jumlah lembaga konservasi di Sumatra Utara. Kini terdapat 4 pusat penyelamatan satwa yang berada di wilayah kerja BBKSDA Sumatera Utara, yaitu Pusat Rehabilitasi orangutan Mbatubelin, Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Barumun, Pusat Penyelamatan Satwa Sibolangit.
Wamen Alue Dohong mewakili pemerintah menegaskan bahwa ia sangat terbantu atas sinergi dari berbagai pihak dalam pembangunan SRA ini. Ia juga berharap bahwa ke depannya semua pihak dapat berkolaborasi dan saling berbagi pengetahuan, sumber daya sehingga upaya penyelamatan satwa dapat berjalan secara kuat dan sinergi.[fa]