ThePhrase.id – Batik yang merupakan warisan budaya Indonesia juga erat kaitannya dengan kerajaan di masa lalu. Dahulu, batik berkembang di lingkungan kerajaan di mulai pada zaman Kesultanan Mataram yang kemudian berlanjut pada zaman Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Tak sekadar sebagai busana atau kain, batik ini memiliki nilai simbolis yang mendalam. Sering kali, batik menjadi salah satu simbol untuk lambang status sosial dan kebangsawanan. Bahkan, beberapa motif batik dahulu tak bisa digunakan oleh sembarangan orang dan hanya diperuntukkan untuk keluarga kerajaan saja.
Batik ini disebut sebagai Batik Keraton, karena memiliki aturan yang berkaitan dengan keraton. Berikut 5 motif batik yang hanya digunakan oleh keluarga kerjaan.
1. Motif Parang Rusak
Parang Rusak merupakan salah satu motif yang paling dikenal dan dihormati. Motif ini menggambarkan ombak yang terus menghantam karang, melambangkan keteguhan, kebijaksanaan, serta semangat pantang menyerah seorang pemimpin. Dahulu, hanya raja dan keluarganya yang boleh mengenakan motif ini sebagai simbol supremasi dan kekuasaan. Larangan penggunaannya bagi masyarakat umum bertujuan menjaga kehormatan raja sebagai pemimpin tertinggi.
2. Motif Kawung
Kawung adalah motif berbentuk susunan lingkaran menyerupai buah aren atau kolang-kaling. Motif ini mencerminkan keseimbangan, keadilan, dan kesucian seorang pemimpin dalam mengayomi rakyatnya. Penggunaannya dahulu terbatas pada raja dan pejabat tinggi keraton karena dianggap sebagai simbol kesempurnaan kepemimpinan. Selain itu, motif ini juga mencerminkan nilai-nilai pengendalian diri serta tanggung jawab besar seorang pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya.
3. Motif Semen Romo
Semen Romo adalah motif batik yang menggambarkan unsur-unsur alam seperti tumbuhan, burung, dan gunung, melambangkan kemakmuran dan keharmonisan antara manusia dan lingkungannya. Motif ini sering digunakan dalam upacara sakral di lingkungan keraton, seperti penobatan raja dan pernikahan bangsawan. Penggunaan motif ini menunjukkan harapan agar pemimpin yang mengenakannya mampu membawa kesejahteraan bagi rakyatnya serta menjalankan pemerintahan dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab.
4. Motif Truntum
Truntum memiliki makna cinta dan kesetiaan yang abadi. Motif ini diciptakan oleh Ratu Kencana, permaisuri Raja Pakubuwono III, sebagai simbol kasih sayang tulus kepada suaminya. Bentuknya menyerupai gugusan bintang yang terus bersinar, melambangkan ketulusan dan kesetiaan. Awalnya, motif ini hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan dalam upacara pernikahan sebagai harapan bagi kehidupan rumah tangga yang harmonis. Saat ini, motif Truntum masih sering digunakan oleh orang tua pengantin dalam adat Jawa sebagai bentuk restu kepada anak-anak mereka.
5. Motif Udang Kupu Taruntum
Udang Kupu Taruntum merupakan motif yang menggambarkan keseimbangan antara keindahan dan kebijaksanaan. Motif ini dulunya hanya dikenakan oleh permaisuri dan putri kerajaan dalam acara-acara khusus seperti pernikahan dan penobatan. Makna di balik motif ini adalah transformasi menuju kebangsawanan serta kepemimpinan yang anggun tetapi tetap berwibawa. Simbol ini menegaskan bahwa seorang pemimpin tidak hanya harus bijaksana, tetapi juga memiliki sisi estetika dan kehalusan dalam bertindak. [Syifaa]