ThePhrase.id - Kerusakan lingkungan dan bencana alam yang disebabkan oleh aktivitas manusia telah mengubah 10 hutan warisan dunia menjadi penghasil karbon. 10 hutan warisan dunia ini termasuk hutan hujan di Sumatera.
Hutan lainnya termasuk Río Plátano Biosphere Reserve di Honduras, Yosemite National Park di Amerika Serikat, Waterton Glacier International Peace Park di Kanada, Barberton Makhonjwa Mountains di Afrika Selatan, dan beberapa hutan lindung lainnya.
Foto: Ilustrasi Hutan (freepik.com Tree photo created by wirestock)
Dalam penelitian terbaru UNESCO bertajuk ‘World Heritage forests: Carbon Sinks under pressure’, ditemukan bahwa alih-alih memitigasi pemanasan global, beberapa hutan penting di dunia kini menghasilkan emisi karbon.
UNESCO menyatakan bahwa hutan-hutan ini dapat menyerap 190 juta ton karbon dioksida dari atmosfer setiap tahun. Jumlah ini merupakan sekitar setengah dari emisi bahan bakar fosil tahunan Inggris. Namun, beberapa hutan telah meningkatkan emisinya dalam 20 tahun terakhir. Beberapa hutan bahkan menghasilkan jumlah karbon lebih tinggi daripada yang mereka singkirkan dari atmosfer.
Apa Penyebabnya?
Menurut UNESCO, fakta bahwa 10 dari 257 hutan yang dievaluasi memiliki kelebihan karbon karena aktivitas manusia antara tahun 2001 dan 2020. Ini sangat mengkhawatirkan.
Menurut hasil analisis UNESCO, pembukaan lahan untuk budidaya merupakan penyebab utama emisi melebihi penyerapan di beberapa tempat.
Dalam kasus lain, meningkatnya volume dan intensitas kebakaran hutan, yang sering dikaitkan dengan periode kekeringan yang berkepanjangan, juga memberikan pengaruh besar. Di beberapa lokasi, peristiwa cuaca ekstrem lainnya, seperti angin topan, turut berperan.
Foto: COP26 (Karwai Tang/ UK Government)
Hasil dari penelitian ini berfungsi sebagai pengingat akan keterbatasan pohon dan hutan dalam menyerap karbon dioksida.
Untuk mengatasi masalah ini, UNESCO merekomendasikan agar Hutan Warisan Dunia dan lanskap di sekitarnya dilindungi dengan lebih baik di masa depan. Harapannya pohon dapat terus bekerja sebagai penyerap dan penyimpanan karbon yang kuat untuk generasi mendatang.
Para pemimpin dan negosiator yang bertemu di Glasgow, Skotlandia juga terus membahas langkah-langkah untuk mencegah pemanasan global. [nadira]