
ThePhrase.id – Bencana banjir dan longsor yang melanda beberapa wilayah di Sumatra kembali menjadi pengingat nyata bahwa Indonesia berada di garis depan risiko bencana. Di negara kepulauan dengan curah hujan tinggi dan kondisi geografis kompleks seperti Indonesia, kejadian semacam ini masih menjadi ancaman yang harus diwaspadai setiap tahun.
Peristiwa yang terjadi belakangan ini tidak hanya menyebabkan kerusakan rumah, terputusnya akses jalan, hingga lumpuhnya aktivitas masyarakat, tetapi juga meninggalkan ketakutan dan trauma bagi para korban.
Dari situasi tersebut, ada banyak pembelajaran penting yang harus dipahami agar masyarakat lebih siap menghadapi kondisi darurat apa pun di masa mendatang. Hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana?
Simak panduan siaga bencana yang dirangkum dari Rumah Zakat berikut.
Kamu perlu mengenali risiko bencana di sekitar lingkungan tempat tinggal. Struktur geografis yang berbukit, kondisi tanah yang mudah bergerak, hingga curah hujan ekstrem membuat sejumlah wilayah sangat rentan terhadap bencana alam.
Dengan memahami jenis ancaman yang paling mungkin terjadi, masyarakat dapat menyiapkan langkah antisipasi yang lebih tepat.
Dari bencana di Sumatra kita dapat belajar bahwa evakuasi seringkali harus dilakukan dalam waktu singkat. Oleh karena itu, setiap keluarga perlu memiliki Tas Siaga atau emergency kit yang berisi air minum, makanan siap saji, pakaian penting, obat-obatan, P3K, power bank, senter, dokumen penting seperti KTP, KK, akta kelahiran, hingga peluit dan jas hujan.
Tas ini harus disimpan di tempat yang mudah dijangkau, bukan di dalam lemari atau lokasi yang sulit diambil saat panik.
Agar tidak kebingungan mencari bantuan saat situasi darurat terjadi, kamu perlu mengenali jalur evakuasi dan titik aman di sekitarmu. Pastikan kamu mengenali jalan alternatif, memastikan lokasi titik kumpul terdekat, serta menjelaskan rencana evakuasi kepada seluruh anggota keluarga. Anak-anak juga perlu dilatih agar mengerti apa yang harus mereka lakukan jika situasi darurat terjadi.
Meski terjadi tiba-tiba, banyak bencana telah memberikan sinyal sebelum terjadi. Misalnya, retakan tanah, pohon yang mulai miring, atau suara gemuruh merupakan indikasi longsor.
Selain itu, air sungai yang naik cepat pada intensitas hujan tinggi menjadi tanda banjir; serta daun berputar-putar atau suara gesekan atap sebagai pertanda angin kencang datang. Untuk gempa bumi, getaran awal harus segera disusul tindakan drop–cover–hold tanpa menunggu instruksi lain.
Informasi palsu atau hoax dapat memperburuk situasi ketika bencana berlangsung. Oleh karena itu, menjaga komunikasi dan memastikan informasi yang diterima berasal dari sumber resmi sangat penting.
Masyarakat dianjurkan untuk mengikuti informasi dari BPBD, BMKG, pemerintah daerah, dan lembaga kemanusiaan terpercaya. Jangan menyebarkan informasi belum terverifikasi karena dapat menimbulkan kepanikan yang tidak perlu.
Setiap keluarga dianjurkan untuk memiliki family emergency plan atau rencana tindakan saat bencana. Rencana ini mencakup titik pertemuan jika terpisah, siapa yang menghubungi siapa, siapa yang bertanggung jawab membawa tas siaga, hingga siapa yang mematikan listrik atau gas sebelum evakuasi.
Langkah-langkah sederhana seperti ini dapat meminimalkan risiko dan mempermudah proses evakuasi.
Setelah bencana, kamu juga harus tetap waspada akan bahaya susulan. Banyak korban justru mengalami kesulitan pada fase setelah bencana, seperti kualitas air minum yang terganggu, risiko kabel listrik terendam air, atau potensi longsor susulan.
Masyarakat perlu menghindari area banjir, memastikan kebersihan air, serta memperhatikan kesehatan seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak dan lansia yang lebih rentan. [fa]