sport

Tekanan UEFA Menguat: Surat Terbuka, Protes Negara, hingga Tantangan Hukum untuk Banned Israel

Penulis Rangga Bijak Aditya
Dec 02, 2025
UEFA mempertimbangkan hukuman untuk Timnas Israel. (Foto: Instagram UEFA)
UEFA mempertimbangkan hukuman untuk Timnas Israel. (Foto: Instagram UEFA)

ThePhrase.id - UEFA kembali menghadapi tekanan besar terkait desakan penangguhan Timnas Israel dari seluruh kompetisi resmi organisasi tersebut.

Suatu laporan terbaru menyebutkan bahwa pembahasan internal UEFA mengenai kemungkinan larangan tersebut telah berlangsung dalam beberapa kesempatan.

Timnas Israel tetap tampil di ajang internasional meski mendapat penolakan dari sejumlah negara, termasuk dalam kualifikasi Piala Dunia yang baru saja berakhir.

Timnas Israel menutup babak kualifikasi di posisi ketiga dalam grup yang juga dihuni Norwegia dan Italia yang sempat melayangkan keberatan atas keikutsertaan Israel di tengah konflik di Gaza.

Dorongan untuk memberlakukan sanksi semakin kuat dengan pembandingan terhadap larangan terhadap Rusia setelah invasi ke Ukraina.

Lebih dari 70 atlet, termasuk Paul Pogba dan Hakim Ziyech, menandatangani surat terbuka bulan lalu yang meminta Presiden UEFA Aleksander Ceferin menjatuhkan larangan tersebut.

Situs resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa memuat pernyataan kelompok pakar yang menyebut bahwa sanksi itu merupakan "respons yang diperlukan untuk menangani genosida yang sedang berlangsung di wilayah Palestina yang diduduki".

Pelatih Manchester City, Pep Guardiola mengatakan bahwa Palestina telah "ditinggalkan" setelah "pembantaian” di Gaza.

UEFA awalnya dijadwalkan menggelar pemungutan suara eksekutif mengenai potensi larangan pada akhir September 2025, namun proses tersebut terhenti oleh proposal perdamaian dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menghasilkan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Laporan The Athletic mengungkap bahwa UEFA telah mengadakan pertemuan dengan penyelenggara kampanye pro-Palestina bernama ‘The Game Over Israel Campaign’.

Kampanye tersebut dijelaskan sebagai "koalisi orang-orang biasa" yang terdiri dari "penyelenggara, aktivis, pekerja kemanusiaan, dan penggemar sepak bola".

Pembicaraan dengan kelompok tersebut berlangsung sebelum dan sesudah gencatan senjata dan juga menyinggung "mekanisme yang memungkinkan diterapkannya sebuah larangan".

Satu pertemuan disebutkan melibatkan permintaan UEFA kepada aktivis untuk "mengumpulkan pandangan dari para ahli hak asasi manusia".

Laporan tersebut juga mencatat bahwa penangguhan melalui pemungutan suara komite eksekutif "saat ini kecil kemungkinannya", namun UEFA tengah memantau dua tantangan hukum yang sedang berlangsung.

Salah satu tantangan itu berasal dari Republik Irlandia yang diajukan oleh Football Association of Ireland (FAI) melalui mosi agar Israel dikeluarkan dari seluruh kompetisi UEFA.

Tantangan tersebut, bersama satu kasus lain di Swiss, berpotensi memaksa UEFA menerapkan larangan sesuai ketentuan hukum internasional.

Presiden UEFA Aleksander Ceferin menyampaikan bahwa dirinya tidak mendukung pelarangan atlet namun mengakui bahwa "apa yang terjadi pada warga sipil di sana sangat melukai, membunuh saya".

Laporan itu juga menyebut bahwa Ceferin "secara pribadi mendorong" penayangan spanduk di Piala Super bertuliskan: "Stop killing children; Stop killing civilians".

Dua anak dari Gaza juga dilibatkan dalam seremonial penyerahan medali pada ajang tersebut.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sekitar 70.000 warga Palestina tewas sejak serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang. (Rangga)

Tags Terkait

Artikel Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic