ThePhrase.id - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan telah memberikan laporan setebal 124 lembar kepada Presiden Jokowi terkati tragedi Kanjuruhan.
TGIPF menyimpulkan bahwa penyebab utama meninggalnya 132 orang dalam tragedi Kanjuruhan karena disebabkan oleh gas air mata yang dilepaskan aparat keamanan.
PSSI dan TGIPF. Foto PSSI.
"Yang meninggal, cacat, dan kritis dipastikan terjadi karena berdesak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan," beber Ketua TGIPF, Mahfud MD.
TGIPF telah mengirimkan gas air mata dan racunnya kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengetahui tingkat berbahayanya.
"Itu penyebabnya. Peringkat berbahaya atau racun pada gas itu sekarang sedang diperiksa oleh BRIN," ungkap Mahfud MD.
"Tetapi, apa pun hasil pemeriksaan BRIN, itu tidak bisa mencoreng kesimpulan bahwa kematian massal, terutama disebabkan oleh gas air mata," tegasnya.
TGIPF juga menemukan fakta-fakta baru tragedi Kanjuruhan. Mahfud MD menggambarkan bahwa proses terjadinya korban lebih mengerikan.
"Fakta yang kami temukan, korban yang jatuh dan proses terjatuhnya korban itu jauh lebih mengerikan dari yang beredar," ujar Mahfud MD.
"Karena kami merekronstruksi dari 32 CCTV yang dipunyai oleh aparat keamanan. Itu lebih mengerikan dari sekadar disemprot gas air mata lalu meninggal," paparnya.
Ketua PSSI, Mochamad Iriawan bersama Ketua TGIPF, Mahfud MD. Foto PSSI.
"Ada yang saling bergandengan untuk keluar bersama. Satu bisa keluar, yang satu tertinggal. Yang di luar kembali lagi menolong temannya," ungkap Mahfud MD.
"Terinjak-injak lalu tewas. Ada juga yang memberikan bantuan pernapasan karena satu di antaranya sudah tidak bisa bernapas," lanjutnya.
"Membantu lalu terkena gas air mata kemudian meninggal. Lebih mengerikan dari yang beredar karena ada CCTV," tutup lelaki yang juga menjabat sebagai Menko Polhukam itu.