ThePhrase.id – Meninggalkan pekerjaan yang telah dilakukan untuk waktu yang lama bukanlah hal yang mudah. Tissa Aunilla telah bekerja di firma hukum selama bertahun-tahun tetapi suatu hari melepas pekerjaannya untuk membuka toko cokelat premium kualitas dunia dengan bahan baku dari petani lokal Indonesia.
Kisahnya berawal saat ia mengetahui bahwa cokelat kesukaannya yang berasal dari Swiss menggunakan bahan baku biji cokelat yang berasal dari Jember. Swiss, negara yang terkenal dengan cokelat-cokelat premiumnya itu ternyata mengimpor bahan bakunya dari Indonesia.
Kala itu Tissa juga menemukan fakta bahwa Indonesia merupakan penghasil biji cokelat ke-3 terbesar di dunia. Hal ini makin memperkuat keinginannya untuk membuka usaha cokelat.
Keluar dari Pekerjaan Lamanya
Tissa yang menyukai baking tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu. Ia meninggalkan pekerjaan kantorannya untuk membuka toko cokelat premium di Indonesia. Ia merasa belum ada merek lokal Indonesia yang memproduksi cokelat premium kala itu.
Usahanya pun tak setengah-setengah. Tissa mengambil sertifikat master chocolatier langsung di Swiss untuk memastikan kualitas yang sama dengan cokelat yang ia gemari. Tissa juga menghabiskan waktu beberapa tahun untuk mematangkan planningnya sebelum membuka bisnisnya yang bernama Pipiltin Cocoa.
Awal Mula Mendirikan Pipiltin Cocoa
Saat pertama kali mendirikan Pipiltin Cocoa, Tissa tidak langsung memproduksi cokelat. Melainkan membuka dessert kafe terlebih dahulu. Alasannya adalah masyarakat Indonesia lebih familiar dengan dessert. Nah, cokelatnya kemudian disajikan pada dessert-dessert yang dijual.
Dari situ, orang-orang mulai tertarik untuk membeli cokelatnya. Terlebih lagi saat mengetahui bahwa bahan bakunya berasal langsung dari Indonesia dan dapat menyajikan rasa yang tidak kalah dengan cokelat-cokelat luar negeri.
Usaha yang didirikannya pada tahun 2013 itu juga telah berkembang dan melanglang buana hingga ke berbagai negara. Tissa mengekspor Pipiltin Cocoa ke Jepang, Singapura, dan yang terbaru adalah ke Rusia.
Pipiltin Cocoa juga berinovasi untuk menjual turunan-turunan cokelat, bukan hanya cokelat bar saja. Produk lain yang dijual adalah seperti minuman cokelat, snack cokelat, dan baking goods seperti nut paste dan brownies premis yang menggunakan cokelat Pipiltin.
Bahan Baku dari Berbagai Daerah
Hebatnya, Pipiltin Cocoa ini menggunakan bahan baku biji cokelat yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Dengan begitu, bisnisnya mempromosikan kekayaan pangan dari berbagai daerah di Indonesia dan memasarkannya menggunakan daerah tempat bahan baku tersebut berasal.
Pada awalnya, Pipiltin Cocoa menggunakan bahan baku dari Bali dan Aceh. Kemudian berkembang menggunakan bahan cokelat dari Jawa Timur, Flores (NTT) dan bahkan sekarang mengambil juga dari Ransiki, Papua Barat.
Daerah-daerah tersebut telah diriset oleh Tissa dan merupakan daerah penghasil cokelat yang baik di Indonesia. Ia senantiasa memprioritaskan kualitas dan konsistensi dari petani-petani cokelat untuk mengirimkan pasokan yang berkualitas baik.
Memberdayakan Petani Cokelat Indonesia
Sayangnya, belakangan ini banyak petani cokelat yang mengalihfungsikan lahannya tidak lagi untuk bertani cokelat. Sehingga, peringkat Indonesia turun dari urutan nomor 3 produsen cokelat dunia. Alasannya adalah karena mereka tidak mendapat harga jual yang baik.
Untuk itu, Tissa melakukan inovasi berkelanjutan agar para petani cokelat tetap menanam cokelat dan agar peringkat Indonesia tidak makin turun. Pasalnya, Tissa juga mengetahui bahwa masyarakat Indonesia bukanlah penggemar cokelat yang besar. Tidak ada budaya cokelat atau makanan tradisional yang berbahan dasar cokelat.
Tissa sebisa mungkin membeli bahan baku langsung dari petani dan membayarnya 40 hingga 50 persen di atas harga pasar. Tujuannya adalah agar para petani tetap mau menanam cokelat dan untuk mendapatkan kualitas yang premium.
"Salah satu yang membuat saya feel good dalam melakukan hal ini adalah anak-anak petani itu jadi punya kemauan untuk meneruskan pekerjaan orang tuanya. Profesi yang dulunya hampir mati dan dipandang sebelah mata, kini bisa bangkit lagi dan memberi keuntungan yang berarti," ujar Tissa, dilansir dari Her World. [rk]