Foto: Ilustrasi Vaksin Covid-19 (freepik.com label photo created by rawpixel.com)
ThePhrase.id - Januari lalu, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei melarang impor vaksin Covid-19 asal Amerika Serikat dan Inggris. Dilansir Associated Press, Khamenei menyatakan bahwa ia akan menunggu vaksin Iran karena kebanggannya dengan kehormatan nasional.
Otoritas kesehatan setempat pun akhirnya telah memberikan izin penggunaan darurat (EUA) kepada Pastu Covac, yang dibuat oleh Institut Pasteur Iran. Ini adalah vaksin Covid-19 kedua yang dibuat di Iran menyusul COVIRAN BAREKAT yang telah disetujui untuk digunakan secara luas.
Menteri Kesehatan Iran, Saeed Namaki sebelumnya mengatakan bahwa vaksin Pastu Covac memiliki kemanjuran 62 persen terhadap jenis virus corona varian Beta yang pertama kali muncul di Afrika Selatan dan Brasil, menjadikannya 6 kali lebih kuat daripada vaksin AstraZeneca.
Pastu Covac ditargetkan untuk memproduksi satu juta dosis per bulan pada trimester pertama, kemudian dua juta dosis per bulan pada trimester kedua, dan akan ditingkatkan kembali mencapai tiga juta dosis per bulan pada trimester ketiga.
Selain vaksin Pastu Covac, Iran juga sedang menguji klinis vaksin CovPars Razi, Fakhra, dan Spicogen. Jika vaksin berhasil lulus uji klinis, ketiga vaksin ini kemungkinan akan dilisensikan untuk penggunaan darurat dan diproduksi secara massal pada akhir September.
Warga Iran mulai menerima vaksin massal COVID-19 sejak 9 Februari 2021 dengan menggunakan vaksin Sputnik V buatan Rusia. Pada saat bersamaan, Iran terus bekerja memproduksi secara massal vaksin lokal.
Hingga saat ini, Iran telah mengkonfirmasi lebih dari 3,2 Juta kasus positif Covid-19 dengan angka kematian lebih dari 84 ribu jiwa. Angka konfirmasi harian saat ini berkisar pada angka 11 ribu. Adapun tingkat vaksinasi, berdasarkan Our World in Data, Iran telah menyuntikan 5,7 juta dosis vaksin. Hingga saat ini, sekitar 1,9% masyarakat Iran sudah tervaksin secara penuh dan 2,9% baru menerima vaksin dosis pertama. [nadira]