ThePhrase.id - Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luas termasuk kulinernya yang sudah dikenal hingga mancanegara. Untuk semakin mendorong kuliner Indonesia, Ubud dikembangkan destinasi wisata gastronomi. Langkah tersebut mendukung program Indonesia Spice Up The World (ISUTW).
Wisata gastronomi sendiri merupakan seni mempelajari makanan secara menyeluruh mulai dari proses persiapan, pemilihan bahan, proses memasak, hingga seni presentasi dan estetika hidangan yang bermutu.
Pengembangan Ubud sebagai destinasi wisata gastronomi merupakan kerja sama dengan United Nations Word Tourism Organization (UNWTO) yang telah ditandatangani oleh permerintah pada tahun 2018.
Hasil kerja sama tersebut telah berjalan sejak tahun 2018 dan pada tahun 2023 ini merupakan tahapan yang ketiga. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, jika pada tahap ketiga ini sudah selesai maka Ubud sudah siap untuk menjadi destinasi wisata gastronomi.
Terpilihnya Ubud sebagai lokasi pengembangan tersebut karena karena stakeholder yang sudah siap dan sangat kolaboratif. Hal tersebut karena kuliner Ubud sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat setempat.
Gastronomi sebagai budaya lokal ini juga terbuki dengan adanya relief Yeh Pulu di Ubud yang bercerita mengenai budaya berternak, bertani, dan berburu sejak abad ke-14 Masehi sebagai bagian dari gastronomi.
Menurut Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Helson Siagian, persiapan pengembangan Ubud sebagai destinasi wisata gastronomi kelas dunia sudah sempurna.
“Dua fase pertama telah rampung. Tinggal fase terakhir yakni pengembangan rencana bisnis. Targetnya September nanti sudah selesai,” sebutnya usai menghadiri Kick-off Meeting Tindak Lanjut Pilot Project Pengembangan Ubud sebagai Destinasi Gastronomi UNWTO, di Ubud, Bali, Jumat (23/6/2023).
Program ini juga sejalan dengan arahan Presiden Jokowi untuk mengenalkan keunggulan kuliner dan rempah-rempah Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Selain itu, juga mendorong potensi gastronomi, budaya, dan agrikultur yang ada di Bali.
Helson juga menjelaskan agar program ini dapat berjalan secara optimal terdapat tiga poin penting. Pertama adalah perencanaan yang baik, pembentukan destination management organization (DMO) dan komunikasi publik secara masif.
Harapannya pengembangan ini juga dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya. Terutama pada lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. [Syifaa]