ThePhrase.id – Pandemi Covid-19 menghambat beberapa aktivitas masyarakat karena takut akan adanya pernularan virus. Tak hanya itu, melakukan pengobatan non-covid di rumah sakit pun terasa menakutkan terutama untuk anak-anak ataupun bayi.
Hal ini menimbulkan beberapa penyakit pada anak, salah satunya Hiperbilirubinemia atau bayi kuning. Menurut Kementerian Kesehatan, Hiperbilirubinemia menjadi penyebab kematian nomor 5 di Indonesia pada bayi baru lahir.
Apa itu Hiperbilirubinemia dan Gejalanya?
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hiperbilirubinemia merupakan kondisi yang biasa dialami pada bayi baru lahir akibat ketidakmampuan bayi menyaring bilirubin sehingga kadar bilirubin dalam darahnya mencapai 5mg/dL. Bilirubin adalah zat limbah yang terbentuk akibat dari proses perombakan sel darah merah.
Melansir dari buku KIA (Kartu Ibu Anak) yang diluncurkan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes), ciri-ciri bayi sehat adalah bayi yang memiliki warna kulit bersih, merah muda dan tidak kuning. Selain itu, bayi juga memiliki hisapan yang kuat saat menyusu.
Bayi baru lahir yang sehat (Foto: unsplash/marcinjozwiak)
Hal ini berbeda pada bayi dengan hiperbilirubinemia. Bayi dengan kondisi ini akan memiliki mukosa, serta warna kuning pada kulit dan mata bayi pada minggu pertama kelahirannya. Selain itu, bayi dengan hiperbilirubinemia akan menolak untuk menyusu yang menjadikan bayi mudah mengantuk, dan tampak lemas.
Penanganan Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia umum menimpa bayi 60-80 persen di seluruh dunia dan biasanya tidak berbahaya. Namun, bila kadar bilirubin meningkat tinggi, hal ini bisa meracuni bayi dan mengakibatkan komplikasi hingga kematian bayi.
Diperlukan penanganan tepat dan pengawasan pada bayi dengan hiperbilirubinemia di rumah sakit , salah satunya adalah fototerapi. Namun, penanganan fototerapi yang biasanya dilakukan di rumah sakit ini terhambat akibat pandemi Covid-19.
Orang tua cenderung khawatir untuk memberikan perawatan fototerapi di rumah sakit. Padahal, pemberian fototerapi yang sesuai dengan dosis dan keadaan bayi menjadi indikator percepatan pemulihan bayi.
Unair Ciptakan Alat Fototerapi di Rumah
Menjawab keresahan para orang tua bayi akan kondisi ini, civitas akademika Universitas Airlangga (Unair) berkolaborasi guna menciptakan alat fototerapi yang bisa digunakan di rumah. Alat ini diberi nama Smart Phototherapy System Airlangga Bilirubin Nesting atau AirBiliNest.
Di bawah pembinaan Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi Unair, AirBiliNest merupakan inovasi dari Mahendra Tri Arif Sampurna dan Arya Satya Rajanagara dari Fakultas Kedokteran; Andi Hamim Zaidan dari Fakultas Sains dan Teknologi; serta Muhammad Nafik Ryandono dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Tim pengembang AirBiliNest (Foto: dok. Unair)
Arya sebagai perwakilan tim menjelaskan bahwa AirBiliNest merupakan inovasi sistem fototerapi yang sudah dilengkapi dengan kalkulator, adjusted dose, portable sehingga memungkinkan untuk dilakukan fototerapi efektif di rumah dan mampu mengurangi lama perawatan di rumah sakit.
“Harapannya dapat meningkatkan implementasi fototerapi terhadap bayi hiperbilirubinemia yang sesuai dengan keadaan saat ini yaitu pandemi Covid-19 dimana keadaan ini menghambat orang tua untuk mencari pengobatan di rumah sakit,” terang Arya.
AirBiliNest, uniknya mampu memberikan lingkungan yang mirip seperti rahim sehingga bayi yang lahir prematur akan lebih merasa nyaman saat diterapi. Tak hanya itu, inovasi dari Unair ini juga mampu membantu bayi menguatkan otot-otot dengan bantuan bantalan di bagian bawah perangkat AirBiliNest.
Material yang digunakan AirBiliNest dilengkapi serat optik hipoalergi yang lembut dengan penempatan material yang sesuai sehingga dapat meminimalkan pancaran sinar biru di siang hari.
AirBiliNest bisa mencegah terjadinya luka dekubitus pada bayi dan membantu bayi untuk melakukan gerakan-gerakan spontan seperti menggenggam tangan, menghisap jari, atau berpegangan pada tempat tidur.
Inovasi yang telah berhasil meraih pendanaan sebesar 250.000.000 dari Kemendikbudristek pada 10 Desember 2021 lalu ini sedang dalam tahap pengembangan dan diperkirakan siap digunakan pada bulan Juni 2022 nanti.
“Saat ini sedang pengembangan. Target ke depan supaya inovasi ini bisa diterima dan mendapat surat izin edar,” tandas Arya. [fa]