ThePhrase.id - Plengkung Gading merupakan salah satu bangunan cagar budaya bersejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang juga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan. Namun, pada Sabtu (15/3), Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menutup total Plengkung Gading.
Penutupan ini dilakukan karena beberapa bagian dari bangunan mengalami kerusakan yang dapat mengancam keselamatan pengendara. Sebelumnya, Pemda DIY telah melakukan uji rekayasa lalu lintas sistem satu arah (SSA) selama sepekan pada gapura pintu masuk menuju jeron benteng Keraton Yogyakarta ini.
Berdasarkan rapat evaluasi di Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUPESDM) DIY pada Jumat (14/3), situasi bangunan cagar budaya tersebut jauh lebih mengkhawatirkan dari hasil pengamatan sebelumnya.
Sebelumnya, pembatasan akses di tahap uji coba dinilai kurang efektif untuk dilakukan penyelamatan secara komprehensif terhadap bangunan. Sehingga, Pemda DIY memutuskan untuk menutup secara keseluruhan agar konservasi penyelamatan struktur bangunan dapat dilakukan.
Meski, bangunan secara keseluruhan masih terlihat utuh namun terdapat kerentanan yang sangat tinggi. Diketahui, terdapat keretakan vertikal dan horizontal di sepanjang dinding dan sambungan struktur sampai di bagian lantai. Tak hanya itu, ada potensi pengeroposan di dalam struktur bangunan yang diakibatkan oleh sistem jaringan drainase yang belum mampu berfungsi secara maksimal.
Terlebih setelah dilakukan pemantauan dan penanganan sejak tahun 2015, ditemukan bahwa akumulasi dampak yang muncul lebih parah daripada yang diperkirakan.
Plengkung Gading merupakan salah satu ikon di Yogyakarta yang memiliki gerbang berbentuk melengkung. Itulah mengapa disebut dengan nama Plengkung yang berarti melengkung, sedangkan Gading berasal dari warna bangunan yang putih atau gading.
Plengkung Gading, merupakan salah satu dari 5 Plengkung yang menguhungkan dengan Keraton yaitu, Plengkung Tarunasura, Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gading, Plengkung Madyasura, Plengkung Jaga Surya dan Jagabaya.
Di antara lima Plengkung tersebut, yang masih terjaga keasliannya hingga kini adalah Plengkung Gading dan Plengkung Tarunasura yang populer di kalangan masyarakat dan wisatawan.
Plengkung Gading yang juga dikenal sebagai Plengkung Nirbaya terletak di arah selatan alun-alun selatan Yogyakarta, dan dijadikan sebagai pintu keluar jenazah sultan yang sudah wafat menuju Makam Imogiri. Konon katanya, sultan yang masih hidup tak boleh melwati lengkungan di benteng bagian selatan tersebut.
Dahulu, di bawah bangunan ini terdapat parit yang difungsikan sebagai pertahanan terhadap serangan musuh. Parit tersebut memiliki lebar hingga 10 meter dengan kedalaman 3 meter. Pada tahun 1935 parit itu sudah menjadi jalan. Namun tidak diketahui secara pastu kapan parit tersebut dialihfungsikan sebagai jalan.
Ada juga jembatan gantung pada setiap Plengkung yang berfungsi sebagai jalan untuk melewatai parit dan masuk ke dalam benteng. Jembatan akan ditarik ke atas untuk menutup akses pintu jika musuh datang. [Syifaa]