Viral Rombongan Diduga AHY Salip Mobil Sri Sultan HB X di Lampu Merah, Kemenko Infrastruktur Buka Suara

ThePhrase.id - Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra) RI memberikan klarifikasi terkait video viral di media sosial, yang memperlihatkan mobil Sri Sultan Hamengku Buwono X yang tengah berhenti di sebuah persimpangan lampu merah, didahului oleh iring-iringan kendaraan dengan patroli dan pengawalan (patwal).

Staf Khusus Menko Infra Bidang Komunikasi dan Informasi Publik, Herzaky Mahendra Putra dalam keterangan resminya menegaskan bahwa rombongan yang terekam dalam video tersebut bukanlah milik Menko Infra, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), melainkan rombongan lain.

Ia mengungkapkan bahwa usai kegiatan bersama di Kelor, Karangmojo, Gunungkidul pada Rabu (8/10), rombongan Menko AHY telah 30 menit lebih dulu meninggalkan lokasi menuju Kota Yogyakarta.

“Setelah kegiatan di Gunungkidul, rombongan Menko AHY meninggalkan lokasi sekitar 30 menit lebih awal mendahului Sri Sultan menuju Kota Yogyakarta karena ada agenda lanjutan,” ujar Herzaky pada Minggu (12/10) dilansir RRI.

Herzaky menyayangkan adanya pemberitaan oleh sejumlah media maupun pengguna pribadi media sosial, yang mengatakan rombongan tersebut merupakan rombongan AHY tanpa mengecek secara langsung ke Kemenko Infra.

Terlebih, pemberitaan tersebut telah beredar hingga menyebutkan rombongan AHY melanggar aturan lalu lintas.

Ia menegaskan bahwa tudingan yang menyebut rombongan Menko AHY mendahului kendaraan Sri Sultan di lampu merah adalah tidak masuk akal dan keliru.

“Kalau ada yang membuat pernyataan bahwa itu rombongan Menko AHY, tentu tuduhan ini tidak benar dan tidak berdasar. Pak Menko AHY sudah meninggalkan tempat sekitar 30 menit lebih awal mendahului Sri Sultan. Jadi, tidak mungkin Pak Menko AHY malah tertinggal dan harus mendahului Sri Sultan di lampu merah seperti terlihat di video,” jelasnya.

Dengan klarifikasi ini, Kemenko Infra berharap tidak ada lagi penyebaran informasi menyesatkan yang dapat merusak reputasi maupun menciptakan kesalahpahaman di tengah masyarakat.

“Kami harapkan semua pihak dapat menggunakan kebebasan bermedia sosial dengan baik dan bertanggung jawab,” pungkas Herzaky. (Rangga)