leader

Wahidin Soedirohoesodo, Inspirator Lahirnya Budi Utomo

Penulis Firda Ayu
May 21, 2022
Wahidin Soedirohoesodo, Inspirator Lahirnya Budi Utomo
ThePhrase.id – Bicara mengenai organisasi kebangkitan nasional Indonesia, Budi Utomo tidak lengkap rasanya jika tidak mengenal Wahidin Soedirohoesodo. Meski bukan pendiri organisasi ini, nama Wahidin dinilai sebagai inspirator lahirnya Budi Utomo.

Siapakah Wahidin Soedirohoesodo?

Pria yang lahir di Mlati, Sleman pada tanggal 7 Januari 1852  ini merupakan keturunan Priyayi Jawa yang berdarah Bugis dan Makassar. Ia merupakan keturunan dari Daeng Kraeng Nobo yang merupakan seorang bangsawan Makassar dari Jawa.

Wahidin menyelesaikan pendidikan dasarnya di Yogyakarta di De Scholen der Tweede yang merupakan sekolah untuk kalangan rendah. Ia merupakan siswa yang pandai sehingga gurunya menyarankannya mengenyam pendidikan lanjutan.

Ia kemudian berhasil masuk Sekolah Rakyat Rendah Eropa atau Eurepeesche Lagare School (ELS) pada usia 12 tahun dengan bantuan kakak iparnya, Frits Kohle. Di sini ia diejek bodoh dan selalu dianggap kampungan oleh teman sekolahnya.

Lukisan Wahidin Soedirohoesodo (Foto: civitasbook.com)


Ia tak mengecohkan segala ejekan yang diterimanya dan berhasil lulus serta diakui sebagai siswa yang pandai. Tweede Europese Lagere School atau Sekolah Dasar Eropa Kedua menjadi tujuan Wahidin melanjutkan studinya.

Di sekolah ini ia belajar bersama kalangan bangsawan pribumi dan bangsa Eropa. Namun hal ini tidak mengurungkan semangatnya untuk belajar. Ia yang menguasai Bahasa Belanda dengan baik kemudian membaca dan mempelajari buku dengan Bahasa Belanda.

Hal ini tak hanya membuatnya semangat dan tidak rendah diri tetapi juga meluluskannya dengan predikat uitmunted atau lulusan terbaik pada sekolah tersebut.

STOVIA dan Budi Utomo


Wahidin yang mengantongi predikat lulusan terbaik kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dokter Jawa atau School Tot Opeleiding Voor Inlandse Arsten (STOVIA) yang terletak di Batavia atau Jakarta pada tahun 1869.

Di sinilah ia sering bergaul sehingga ia mengerti penderitaan dan mendengarkan keluh kesah rakyat biasa akibat penjajahan Belanda. Ia kemudian merasa bahwa rakyat harus cerdas dan diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan agar bebas dari penjajahan.

Ia yang berprofesi sebagai dokter kemudian berusaha membantu rakyat biasa dengan mengobati tanpa memungut bayaran. Ia juga sering mengajak tokoh-tokoh masyarakat di Jawa untuk menyisihkan sedikit uang mereka untuk digunakan menolong pemuda yang tidak mampu melanjutkan pendidikan.

Bapak Kebangkitan Nasional, dr. Wahidin Soedirohoesodo (Foto: youtube/dibalik bingkai)


Sayangnya ajakan ini kurang mendapat sambutan. Ia kemudian mendatangi sekolah alumninya STOVIA. Wahidin yang sempat menjadi Asistent Leerar atau asisten guru di STOVIA kemudian menyampaikan gagasannya kepada pelajar STOVIA.

Wahidin menganjurkan pelajar STOVIA untuk mendirikan organisasi yang dapat memajukan pendidikan rakyat Indonesia hingga mampu meninggikan martabat bangsa.

Gagasan ini diterima dengan baik oleh para pelajar STOVIA yang ternyata juga menyadari betapa buruknya nasih rakyat Indonesia ditangan penjajahan Belanda. 

Gagasan Wahidin kemudian diwujudkan oleh Sutomo dan para pelajar STOVIA dengan mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia hingga pendiriannya ditandai sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Wahidin Soedirohoesodo sendiri wafat pada 26 Mei 1917 dan jasadnya dikebumikan di Yogyakarta. Ia diberi gelar Pahlawan Nasional atas jasanya terhadap kebangkitan Indonesia pada 6 November 1973 berdasarkan Keppres No. 88/TK/1973. [fa]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic