ThePhrase.id - Jika ada pertanyaan, siapa pemenang Piala Dunia 2022 Qatar? Secara spontan sebagian besar orang akan menjawab, Argentina, karena Argentina yang telah mengalahkan Francis di laga terakhir dan membawa pulang pialanya. Tidak ada yang membantah jawaban itu, karena bagi para pecinta olah raga ini, pertandingan antar kesebalasan itulah yang menjadi fokus mereka.
Tampilan Umum Upacara Pembukaan sebelum pertandingan Grup A Piala Dunia FIFA 2022 antara Qatar dan Ekuador di Stadion Al Bayt di Al Khor, Qatar, Minggu, (20/11/2022). Robert Michael/Picture Alliance/Getty Images
Tapi bagi para pengamat yang melihat sepakbola sebagai sebuah permainan kecil dari “permainan” global, menjawab pemenang piala dunia 2022 Qatar itu adalah Islam. Mengapa? Karena Qatar sebagai penyelenggara telah menyuguhkan “world cup” dengan wajah Islam yang damai dan bersahabat, jauh dari citra seperti yang digambarkan oleh media mainstream Barat selama ini.
Syekh Tamim bin Hamad Al Thani, Emir Qatar saat ini sepertinya ingin membuat sejarah dalam penyelenggaran sepak bola dunia. Dia menyiapkan anggaran penyelenggaran Piala Dunia sebesar US$ 220 miliar atau setara Rp 3.344 triliun, yang dianggap sebagai termahal sepanjang sejarah. Tidak hanya pembukaannya yang sudah kental dengan wajah “Islam” dengan ayat-ayat suci Alqur’an, Qatar juga berani dengan tegas melarang para pemain dan penonton membawa simbol LGBT dan minuman keras masuk dalam stadion. Dampaknya, sejumlah supporter perempuan yang diwawancara oleh beberapa youtuber dari beberapa negara mengaku merasa aman dan terlindungi dengan adanya kebijakan pelarangan minuman keras masuk ke dalam stadion.
Qatar benar-benar menghadirkan sebuah “total football” yang dilakukan pemerintah dan masyarakatnya. Dengan populasi sekitar 3 juta jiwa, warga Qatar dikenal sebagai warga yang terbuka dengan semua orang yang datang ke negara mereka. Mereka beramai-ramai menyediakan makanan dan minuman gratis buat para supporter bola yang pulang dari stadion. Bahkan mereka juga menawarkan penginapan gratis untuk supporter yang tidak kebagian hotel menginap.
Suporter Qatar bersorak menjelang pertandingan sepak bola Grup A Piala Dunia 2022 Qatar, antara Qatar dan Ekuador di Stadion Al-Bayt di Al Khor, utara Doha pada Minggu (20/11/2022). Foto: Karim Jaafar/AFP
Dan yang mengekspose keramahan warga Qatar ini bukan media- media mainstream tetapi justru adalah para supporter itu sendiri yang mengupload ke dalam akun media sosialnya. Irwin salah satunya. Pria asal Australia itu mengungkapkan kekesalannya terhadap media Barat yang memberikan gambaran yang salah tentang negara Islam seperti Qatar.
Dia merasakan sendiri keramahan warga Qatar ketika dia tidak mendapatkan penginapan. Tiba-tiba dia dihubungi oleh seorang warga Qatar yang menawarkannya untuk menginap di tenda mewahnya yang terletak di pinggir kota Dhoha. Dia diperlakukan sangat sitimewa dan bebas menggunakan semua fasilitas yang ada di tenda itu. Bahkan dia ditawarkan untuk kembali jika mengalami situasi yang sama.
“Sekembali saya ke Australia saya ingin menceritakan ini kepada semua orang tentang keramahan dan kumarahan-hati negara ini kepada semua orang yang datang dari seluruh dunia,”tekad Irwin.
Maroko yang impresif
Timnas Maroko sujud syukur usai kalahkan Spanyol di 16 besar Piala Dunia 2022 (Foto: REUTERS)
Meski hanya sampai di perempat final tapi kesebelasan Maroko telah menampilkan permainan yang impresif. Aksi mereka yang selalu sujud dalam semua situasi kalah dan menang, juga aksi pemain dan pelatih yang melakukan seleberasi bersama ibunya serta keputusan semua pemain untuk menyumbangkan hadiah mereka untuk membantu warga miskin negaranya telah viral dan menuai banyak pujian.
Kylian Mbappe, Bintang tim nasional Francis menyebut Maroko sebagai tim yang telah membuat sejarah. Ucapan itu disampaikannya kepada Achraf Hakimi, bintang tim Maroko sesaat setelah Francis mengalahkan Maroko 2-0 di perempat final.
“Mereka telah tersingkir dari piala dunia, tetapi mereka memenangkan hati semua orang. Terima kasih, Maroko untuk tournament yang luar biasa ini. Hormat,” kata Jurgen Klopp, pelatih dan legenda sepakbola asal Jerman.
Seorang komentator bola Jerman mengomentari aksi pemain dan pelatih Maroko yang menyertakan ibunya sebagai hal yang tidak ada lagi di masyarakat Barat.
“Kita tak lagi melihat ikatan keluarga yang intim di masyarakat Barat kita. Konsep keluarga memudar dan kita hanya melihat para pemain mencium model dan pacar mereka sementara orang-orang tua mereka ditinggal di panti jompo,” katanya.
Dan bisa jadi setelah piala dunia usai, media mainstream Barat akan kerepotan menghadapi kritik dan tudingan warga dan penontonnya sendiri atas segala framing dan pemberitaan mereka terhadap dunia Islam selama ini. (Aswan AS)