
ThePhrase.id - Kebiasaan duduk terlalu lama saat bekerja di depan komputer atau berkendara dalam waktu panjang tidak hanya berdampak pada punggung. Kondisi yang kini semakin sering ditemui adalah Dead Butt Syndrome (DBS), gangguan otot bokong yang dapat memicu nyeri berkepanjangan hingga mengganggu mobilitas.
Meski terdengar ringan, para ahli kesehatan menegaskan Dead Butt Syndrome bukan kondisi yang bisa diabaikan. Jika tidak ditangani, gangguan ini berpotensi menyebabkan nyeri kronis pada pinggul, punggung bawah, hingga lutut.
Dead Butt Syndrome adalah istilah nonmedis untuk kondisi melemahnya otot gluteal, khususnya gluteus medius, akibat jarang digunakan. Dalam dunia medis, kondisi ini sering dikaitkan dengan gluteal amnesia atau gluteus medius tendinopathy.
Duduk terlalu lama membuat otot bokong berada dalam posisi pasif sehingga tidak berkontraksi secara optimal. Akibatnya, fungsi utama otot gluteal sebagai penopang panggul dan penstabil tubuh saat bergerak menjadi terganggu. Dalam jangka panjang, otot lain akan mengambil alih tugas tersebut dan memicu ketidakseimbangan otot.
Gejala Dead Butt Syndrome dapat berkembang secara bertahap dan sering tidak disadari. Beberapa tanda yang umum muncul antara lain mati rasa atau kesemutan di area bokong setelah duduk lama, nyeri pada pinggul atau punggung bawah, serta rasa sakit yang menjalar hingga lutut.
Penderita juga bisa mengalami penurunan kekuatan saat berjalan, naik tangga, atau berolahraga. Dalam beberapa kasus, pola berjalan berubah karena tubuh berusaha mengompensasi kelemahan otot bokong.
Pekerja kantoran dengan jam duduk panjang menjadi kelompok yang paling rentan mengalami Dead Butt Syndrome. Namun kondisi ini juga dapat terjadi pada siapa saja, termasuk individu aktif atau atlet, terutama jika pola latihan tidak melibatkan aktivasi otot gluteal secara optimal.
Postur tubuh yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, serta riwayat cedera pinggul atau punggung turut meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.
Penanganan Dead Butt Syndrome berfokus pada mengaktifkan kembali otot bokong dan memperbaiki keseimbangan otot tubuh. Latihan seperti glute bridge, clamshell, squat, dan hip abduction direkomendasikan untuk meningkatkan kekuatan gluteal.
Selain itu, penting untuk membatasi waktu duduk dengan berdiri atau berjalan ringan setiap 30 hingga 60 menit. Peregangan otot pinggul dan paha juga membantu mengurangi ketegangan akibat posisi duduk terlalu lama.
Pada kondisi yang lebih berat, konsultasi dengan dokter atau fisioterapis diperlukan untuk mendapatkan program rehabilitasi yang sesuai. Terapi tambahan seperti kompres hangat atau dingin dan obat antiinflamasi dapat diberikan sesuai anjuran tenaga medis.
Pakar kesehatan mengingatkan bahwa tubuh manusia dirancang untuk bergerak. Gaya hidup yang terlalu sedentari dapat memicu berbagai gangguan muskuloskeletal, termasuk Dead Butt Syndrome.
Menyelipkan aktivitas fisik sederhana di sela pekerjaan, menjaga postur tubuh, serta rutin melatih otot bokong menjadi langkah penting untuk mencegah kondisi ini. Perubahan kebiasaan yang konsisten dapat mengurangi risiko nyeri jangka panjang akibat Dead Butt Syndrome. [Syifaa]