ThePhrase.id – Masyarakat pasti tidak asing dengan nama Tokopedia, salah satu e-commerce terpopuler di Indonesia. Tak hanya terpopuler, Tokopedia juga masuk menjadi marketplace atau e-commerce terbesar yang dimiliki Indonesia.
Yuk mengenal William Tanuwijaya, pemimpin di balik kesuksesan Tokopedia.
William lahir di Pematang Siantar, Sumetera Utara pada 11 November 1981. Lulus SMA, ia kemudian merantau ke Jakarta untuk melanjutkan studinya mengikuti permintaan ayah dan pamannya. Meski keluarganya memiliki kondisi ekonomi yang pas-pasan, sang ayah sangat ingin William memperoleh pendidikan yang berkualitas.
Ia kemudian berkuliah di jurusan Teknik Informasi Universitas Bina Nusantara, salah satu universitas swasta ternama di Jakarta. Namun sayangnya, baru dua tahun dia menjajaki dunia perguruan tinggi, ia harus dihadapkan kabar bahwa ayahnya jatuh sakit.
William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia (Foto: Instagram/liamtanu)
Dengan kondisi ekonomi yang memburuk, ia harus bekerja sampingan sebagai penjaga warnet di lokasi area kampus pada malam hari. Saat menjadi penjaga warnet inilah ia dapat menjelajah internet secara gratis setiap hari yang kemudian memunculkan kecintaannya pada internet atau dunia digital.
Kecintaannya akan dunia digital membuat William kemudian bekerja di perusahaan pengembang software seperti TelkomSigma dan Sqiva Sistem selepas kuliah. Ia juga sempat bekerja sebagai pengembang game di Bolehnet.
Saat bekerja sebagai IT & Business Development Manager di Indocom Mediatama di tahun 2006, muncul ide dan keinginannya membuat perusahaan sendiri. Namun, sayangnya ia tidak memiliki modal untuk mewujudkan idenya ini.
Dirikan Tokopedia
William berfoto bersama Presiden Joko Widodo (Foto: Instagram/liamtanu)
Di tahun 2007 saat ide membangun Tokopedia muncul, ia menggandeng temannya Leontinus Alpha Edison untuk membangun perusahaan dan mencari pemodal. Sayangnya, di tahun itu bisnis ini belumlah popular sehingga ia kesulitan mencari pemodal dan menerima berbagai penolakan.
Dua tahun menerima penolakan, ia tetap berusaha meyakinkan pemodal akan potensi Tokopedia ini. Saat itu, ia juga harus dihadapkan tuntutan menjadi tulang punggung keluarga setelah sang ayah divonis menderita kanker kronis.
Kegigihannya kemudian membuahkan hasil. Ia berhasil mendapat kepercayaan dari pemodal pertama yang juga merupakan mantan bosnya dan mendirikan Tokopedia pada tahun 2009. Ia kemudian menarik para talent-talent terbaik dan mahasiswa dari berbagai universitas untuk bekerja di Tokopedia.
Mendapatkan SDM tak mudah, lantaran perusahaannya belum dikenal banyak orang. Ia yang introvert lalu mengenalkan perusahaannya dengan presentasi dari kelas ke kelas universitas hingga pelamar kemudian meningkat.
William Tanuwijaya dalam majalah Forbes (Foto: Instagram/liamtanu)
Tokopedia kemudian makin dikenal dan makin diminati puluhan ribu peminat. Tak hanya peminat saja, dari satu pemodal, kini Tokopedia memiliki valuasi perusahaan di atas 1 miliar dollar AS dan bahkan mendapatkan pendanaan dari Alibaba di tahun 2002 sebesar Rp 14,7 triliun.
Kini Tokopedia memiliki misi pemerataan ekonomi secara digital dan telah berhasil menjangkau 99 persen kota di Indonesia. Bahkan sebuah riset dari LPEM FEB UI menyebut bahwa Tokopedia memiliki pengaruh besar bagi pengembangan UMKM dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selama pandemi, Tokopedia aktif memberdayakan 90% pelaku UMKM untuk tetap bertahan dan bangkit melalui bisnis digital. Tak hanya kontribusi bagi pelaku usaha, Tokopedia juga berhasil menciptakan ratusan ribu lapangan kerja yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dengan berbagai capaian Tokopedia ini, William sebagai CEO dinobatkan sebagai Young Global Leader dalam World Economic Forum di tahun 2016. Ia juga berhasil menyabet penghargaan Ernst & Young (EY) Entrepreneur of The Year dan penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia atas kontribusinya pada perkembangan ekonomi dan teknologi di Indonesia.
Melalui Tempo ia mengungkap bahwa cita-citanya dalam pemerataan ekonomi Indonesia ini akan terus ia kejar.
“Mungkin sampai saya benar-benar melihat tercapainya pemerataan ekonomi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia di titik di mana orang punya pilihan: saat jenuh dengan kemacetan di Jakarta, bisa pulang kampung karena kesempatan berusaha di Jakarta dan di kampung sama. Mungkin saat itu cita-cita kami tercapai,” ungkapnya menyebut batas titik evolusi yang ia kejar. [fa]